Dari pengamatan ANTARA di Sintang, Selasa, meski pun muka air tidak terlalu tinggi dan tidak sampai menggenangi rumah warga, tetapi meluapnya air dari dua sungai itu cukup mengganggu warga karena hampir semua ruas jalan yang berada di pinggir sungai tergenang.
Di Jalan Tengku Umar, Kelurahan Ladang, semua kawasan setempat sudah tergenang air mencapai sekitar 50 meter, sehingga tidak bisa dilalui kendaraan bermotor.
Namun sejak lama masyarakat memiliki kearifan lokal untuk membuat rumah dengan konstruksi yang cukup tinggi dan membuat jalan alternatif di belakang rumah yang konturnya cukup tinggi, sehingga memudahkan aktivitas meski pun jalan utama tidak bisa dilalui kendaraan.
"Kami sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini karena tiap musim hujan dengan curah hujan yang tinggi, air Sungai Melawi pasti meluap dan menggenangi jalan," kata seorang warga, Heru.
Menurut ia, warga sudah punya jalan alternatif walau pun hanya bisa dilewati sepeda motor.
Menurut warga Kelurahan Ladang tersebut, berbeda dengan kawasan Pasar Sungai Durian, karena kawasan pasar itu berada di pinggir Sungai Kapuas, aktivitas di sekitar pasar akhirnya sepi.
Pedagang kaki lima yang membangun tempat usahanya tepat di bibir sungai tidak bisa berbuat banyak meski pun air hanya menggenangi jalan sekitar 30 centimeter. "Mudah-mudahan air tidak naik lagi karena kalau naik, pendapatan kami bakal berkurang, kalau sekarang masih stabil karena masih bisa dilalui dengan berjalan kaki," kata Aji, salah seorang penjual jajanan di kawasan pasar tersebut.
Genangan air di jalan utama pemukiman warga terjadi hampir merata di sepanjang pinggiran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi yang melintasi Kota Sintang.
Awan mendung masih menggelayut menyelimuti Kota Sintang. Warga berharap hujan tidak turun dan muka air sungai tidak meluap lagi. "Mudah-mudahan di hulu sungai tidak hujan lagi karena meski pun di Sintang tidak hujan, kalau daerah hulu hujannya deras, tentunya air akan semakin meluap dan kami akan susah beraktivitas," jelas Tina, salah seorang warga kawasan kelurahan Kapuas Kiri Hilir Sintang. (*)
(ANT-172/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010