Untuk mengangkat memang agak susah mungkin, karena untuk menempelkan pengait dengan barang yang akan diangkat itu butuh tangan (untuk mengaitkan)
TNI Angkatan Laut mengakui kesulitan mengevakuasi badan kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan utara Bali pada Rabu (21/4) lalu.
Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksamana Muda TNI Muhammad Ali saat jumpa pers di RSAL Dr Mintohardjo, Jakarta, Selasa, mengatakan sejauh ini alat yang digunakan untuk evakuasi hanya mampu membawa bagian kecil badan kapal dari kedalaman 838 meter.
Untuk pengangkatan badan kapal, lanjut Ali, memerlukan pengait untuk diikatkan ke KRI Nanggala yang tenggelam di dasar laut Bali.
"Untuk mengangkat memang agak susah mungkin, karena untuk menempelkan pengait dengan barang yang akan diangkat itu butuh tangan (untuk mengaitkan)," tutur-nya.
Kemungkinan, kata dia, pengait itu akan dicantolkan kepada penyelam yang menggunakan peralatan khusus agar bisa menyelam di kedalaman 838 meter tanpa membahayakan jiwanya. Namun, pengait itu bisa juga dicantolkan oleh robot khusus.
"Bisa penyelam, bisa robot. Kalau penyelam dia harus pakai baju khusus yang bisa sampai kedalaman segitu. Nah ini agak sulit, mungkin akan dibantu robot untuk pasang itu," ujarnya.
Untuk saat ini kata dia, beberapa bagian kecil dari KRI Nanggala-402 memang sudah berhasil diangkat. Namun untuk bagian-bagian besar belum bisa terangkat ke permukaan.
Baca juga: Kasal: Kapal AL Singapura baru evakuasi komponen ringan KRI Nanggala
Baca juga: Angkatan Laut China akan bantu evakuasi KRI Nanggala-402
Baca juga: Kasal: Kapal AL Singapura baru evakuasi komponen ringan KRI Nanggala
Baca juga: Angkatan Laut China akan bantu evakuasi KRI Nanggala-402
"Sampai saat ini mungkin hanya bagian-bagian kecil saja yang bisa diangkat. Kalau yang besar belum. Tapi akan kita update lagi terakhir apakah sudah bisa, tapi upaya ini terus kita lakukan," ujarnya.
Dijelaskan Ali, upaya evakuasi masih akan terus dilakukan sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan karena upaya evakuasi tentunya juga sangat berhubungan erat dengan kondisi alam di sekitar karamnya kapal.
"Masalah batas waktu itu tidak bisa tentukan karena tergantung medan, situasi. Di mana di Laut Bali kita ketahui juga ada internal 'wave' yang disampaikan beberapa waktu lalu kita sudah sampaikan," ujar Ali.
Dia menambahkan dalam melakukan evakuasi, tim juga sangat hati-hati. Apalagi diketahui masih ada torpedo aktif yang ikut tenggelam bersama kapal.
"Jadi kita harus benar-benar hati-hati dan harus sabar. Jadi saya minta ke rekan-rekan media mohon sabar untuk bisa tunggu rekan-rekan kita. Kita juga siapkan KRI kita, ada KRI Rigel dan ada beberapa kapal lagi untuk pengamanan," tutur-nya.
KRI Nanggala 402 tenggelam di periaran utara Bali pada Rabu (21/4). Sebanyak 53 awak kapal dinyatakan gugur dalam insiden tersebut.
Kapal selam buatan Jerman itu tenggelam hingga kedalaman 838 meter, kapal juga disebut terbelah menjadi tiga bagian di dasar laut.
Baca juga: ACT komitmen rutin bantu keluarga prajurit gugur di KRI Nanggala-402
Baca juga: Menteri Sosial serahkan tabungan untuk anak kru KRI Nanggala 402
Baca juga: ACT komitmen rutin bantu keluarga prajurit gugur di KRI Nanggala-402
Baca juga: Menteri Sosial serahkan tabungan untuk anak kru KRI Nanggala 402
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021