Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) segera melakukan konsolidasi sumber daya baik dari segi manusia, infrastruktur, dan anggaran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk memajukan riset dan inovasi Indonesia.ide bisa dimiliki setiap individu
"Kami targetkan untuk bisa melakukan konsolidasi secepat-cepatnya untuk mendorong inovasi di semua lini dan mendorong Indonesia bisa bergeser ke ekonomi berbasis inovasi melalui konsep digital blue green economy. Diharapkan keterlibatan masyarakat dan efisiensi sumber daya secara berkelanjutan dapat mencapai tujuan tersebut," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Rabu.
Handoko menuturkan sebelum BRIN dibentuk, sangat dirasakan bahwa sumber daya untuk mendukung riset, teknologi dan inovasi, tersebar di penjuru Indonesia.
Dengan alokasi dana penelitian dan pengembangan per Produk Domestik Buto (GDP) sebesar 0.25 persen dan tersebarnya sumber daya manusia, infrastruktur dan anggaran secara acak, maka akan sulit mengkonsolidasikan Program-program Riset Inovasi Nasional (PRIN) untuk mendukung Indonesia Emas di 2045.
Oleh karena itu, menurut Handoko, pembentukan BRIN saat ini dinilai sangat tepat dari segi waktu dan momentum, karena jika tidak pernah dimulai, maka riset dan inovasi Indonesia akan semakin terlambat untuk berpacu landas (take off) menuju negara berbasis inovasi.
Handoko menuturkan jika memiliki ekosistem riset yang kuat dan menghasilkan inovasi yang mampu memberikan peningkatan kompetensi dari beberapa produk inovasi, maka BRIN akan menjadi fundamental ekonomi Indonesia dengan fokus dan berbasis pada sumber daya lokal.
Kepala BRIN mendorong peran dan keterlibatan swasta dan juga komunitas dalam mendanai serta melakukan riset dan inovasi penelitian dan pengembangan sehingga ekosistem penelitian dan pengembangan di Indonesia semakin terbangun.
Handoko berharap BRIN dapat menjadi fasilitator dan "enabler" yang bertanggung jawab melakukan konsolidasi dengan berbagai penelitian dan pengembangan.
Baca juga: BRIN: riset dan inovasi kunci pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Rektor UGM berharap BRIN miliki koordinasi baik untuk riset-inovasi
Handoko mengatakan jika selama ini pihak swasta menganggap bahwa keikutsertaan dalam riset dan inovasi akan berisiko tinggi (high risk), sekarang BRIN dapat berbagi sumber daya antara lain sumber daya manusia (SDM), infrastruktur dan fasilitas riset dan inovasi, sehingga inovasi-inovasi anak bangsa yang dihasilkan akan memenuhi kebutuhan masyarakat, dan lebih masif lagi untuk diimplementasikan dan digunakan oleh masyarakat Indonesia dan dunia.
Dari Indonesian Gross Expenditure on Research and Development (GERD) diperkirakan anggaran riset pemerintah pusat baru mencapai 0,25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Oleh sebab itu, BRIN akan merancang formula dan solusi agar riset tidak lagi tumpang tindih, dengan birokrasi yang lebih ramping (less bureaucracy), dan diharapkan akhirnya Indonesia akan dapat memiliki anggaran GERD yang lebih baik lagi.
Saat ini dari 0,25 persen, 80 persen didanai oleh pemerintah dan hanya sekitar 20 persen yang didanai oleh pihak swasta atau komunitas. Di negara-negara maju, angka tersebut terbalik, di mana pihak swasta dan komunitas sangat berperan untuk memajukan riset dan inovasinya.
Baca juga: Peneliti: BRIN dorong riset dan inovasi pembangunan Indonesia
Baca juga: UI-Mico Biomed kerja sama riset dan pengembangan bidang kesehatan
Ia menjelaskan, pembentukan BRIN akan mengarah kepada perbaikan anggaran riset dan inovasi, dan juga mendukung terciptanya inovasi yang lebih masif.
"Yang perlu diingat adalah inovasi tidak hanya dimiliki oleh periset, perekayasa, inovator yang berada di lingkungan BRIN, akan tetapi inovasi yakni kebaruan penciptaan dan ide bisa dimiliki setiap individu, perseorangan, maupun kelompok swasta dan komunitas," ujarnya.
Dengan bekerja sama di masa depan, semua pihak yang terlibat dapat berkolaborasi dengan lebih baik lagi dengan memanfaatkan BRIN sebagai 'enabler' untuk perkembangan riset dan inovasi guna mendongkrak Indonesia yang saat ini berada dalam kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle country) ke dalam kelompok negara maju, sekaligus menyongsong Indonesia Emas di 2045.
Baca juga: IDI ingin BRIN dorong kemandirian industri kesehatan
Baca juga: AIPI: Kepala BRIN dorong lembaga riset berkiprah maju hasilkan inovasi
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021