Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengabdikan diri pada negeri dengan menangani psikososial para korban bencana banjir di Nusa Tenggara Timur (NTT).bantuan psikososial untuk mengurangi efek dari bencana gempa tersebut
Sebelumnya anggota Maharesigana tersebut juga berjibaku dengan penanganan psikososial bencana banjir dan tanah longsor di Nganjuk serta gempa bumi di Malang Selatan, Jawa Timur.
Ketua Maharesigana UMM, Rindya Fery Indrawan dalam keterangannya yang diterima di Malang, Rabu, mengatakan bahwa selama memberikan penanganan psikososial di NTT, para relawan akan mengunjungi dua lokasi, yaitu Pulau Kera dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Rindya Fery Indrawan yang akrab disapa Indra itu mengatakan bahwa tim yang terdiri dari enam orang ini bekerja sama dengan relawan dari Universitas Muhammadiyah Kupang.
“Relawan yang kami terjunkan akan membantu para penyintas selama satu minggu. Di sana, kami akan melakukan dukungan psikososial. Selain itu, kami juga membangun layanan pendidikan. Di Pulau Kera, fasilitas umum yang dimiliki hanya berupa masjid. Oleh karena itu, kami berencana membangun perpustakaan mini agar anak-anak bisa belajar,” kata Indra.
Selain itu, kata Indra, tim relawan ini akan membagikan hygiene kit berupa sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan shampo. Dana untuk membeli hygiene kit ini berasal dari donasi yang digalang oleh maharesigana dan mahasiswa UMM.
Ia mengatakan para relawan yang pergi ke NTT tersebut, juga mengemban amanah untuk menyalurkan bantuan dari donasi yang telah terkumpul,” ujarnya.
Pembina Maharesigana UMM, Zakarija Achmat minta para relawan yang diberangkatkan kesana agar selalu berperilaku baik dan memberikan kesan positif. “Saya berharap para relawan akan banyak belajar dari pengalamannya. Saya juga berharap kehadiran mereka akan memberi manfaat kepada orang yang di sana,” ucapnya.
Baca juga: RSU UMM butuh relawan untuk bantu tangani COVID-19
Baca juga: UMM kembangkan RS Darurat Penanganan COVID-19
Sementara itu, Rektor UMM, Dr. Fauzan mengatakan bahwa agenda keberangkatan Maharesigana tersebut merupakan sebuah misi kemanusiaan.
“Selamat jalan bagi para relawan yang berangkat ke NTT. Tetap jaga kesehatan dan terapkan protokol COVID-19 dengan baik. Semoga dengan gerakan kecil ini dapat membantu meringankan beban para penyintas bencana yang ada di NTT,” ujar Fauzan.
Jika para personel Maharesigana telah meninggalkan lokasi bencana di Malang Selatan, para personel Laboratorium Psikologi Terapan (LPT) UMM masih tetap bertahan untuk melanjutkan upaya pemulihan trauma dan psikososial warga terdampak bencana di wilayah itu.
Salah satu relawan, Yogha Setiawan mengatakan kegiatan psikososial di Tirtoyudo Desa Jogomulyan berlangsung selama sepekan. Kegiatan ini akan berfokus pada psikososial untuk anak-anak penyintas gempa.
“Selain kesehatan dan logistik yang terganggu, para penyintas juga mendapat guncangan psikologis pasca gempa. Agar tidak mempengaruhi aktivitas para penyintas ke depannya, kami dari tim LPT memberikan bantuan psikososial untuk mengurangi efek dari bencana gempa tersebut,” ujar mahasiswa Psikologi tersebut.
Yogha mengatakan rangkaian program psikososial ini meliputi Psychology First Aid (PFA), kegiatan menggambar dan bernyanyi. Ada juga kegiatan edukasi mitigasi bencana melalui lagu.
“PFA merupakan rangkaian pertolongan pertama untuk menangani psikologi anak-anak. Sementara untuk kegiatan menggambar dan menyanyi dilakukan untuk mengalihkan perhatian anak-anak pada kegiatan yang menyenangkan,” kata Yogha.
Baca juga: Maharesigana UMM tangani psikososial pengungsi banjir-longsor Nganjuk
Baca juga: Mahasiswa PMM UMM buat face shield bagi relawan COVID-19
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021