Status darurat virus di ibukota Jepang dan sejumlah bagian dari negara Asia Timur itu telah diperpanjang sejak Jumat, kurang dari tiga bulan sebelum Olimpiade dihelat.
Sebagian masyarakat Jepang juga mendesak pembatalan Olimpiade, yang telah tertunda dari jadwal asli penyelenggaraannya pada musim panas tahun lalu karena krisis kesehatan global.
Baca juga: Survei terbaru, 60 persen warga Jepang ingin Olimpiade dibatalkan
Baca juga: Kampanye daring anti Olimpiade didukung hampir 200.000 orang di Jepang
Osaka pada Minggu mengatakan "tentunya perlu ada pembahasan" apakah Olimpiade harus berlangsung.
Nishikori, yang merupakan mantan petenis peringkat empat dunia, mengatakan bahwa akan sulit menghelat Olimpiade bahkan di stadion tertutup bagi penonton, karena tingginya angka atlet yang berpartisipasi.
"Saya tidak paham apa yang mereka pikirkan, dan saya tidak tahu sejauh apa yang mereka pikirkan tentang bagaimana mereka akan membuat gelembung, karena ini bukan hanya 100 orang yang ikut turnamen ini," kata Nishikori setelah mengalahkan Fabio Fognini di babak pertama Italian Open.
Baca juga: Jepang batasi jumlah delegasi asing Olimpiade Tokyo
"Ada 10.000 orang di kampung atlet dan bertanding di turnamen. Jadi saya rasa itu tidaklah mudah, khususnya (dengan) apa yang terjadi saat ini di Jepang. Itu tidak ada faedahnya."
Penyelenggara telah menyatakan bahwa fans asing tidak akan diizinkan masuk ke Jepang untuk menonton Olimpiade.
Nishikori melewatkan US Open tahun lalu setelah terjangkit virus corona, dan dia juga harus menjalani karantina di hotel selama dua pekan untuk Australian Open 2021 pada Februari.
Baca juga: Harapan Nishikori ke US Open pupus setelah kembali positif COVID-19
"Jika mereka bisa membuat gelembung yang baik, mungkin mereka bisa melakukannya, tapi ada risikonya juga. Anda tahu, apa yang terjadi jika ada ratusan kasus di kampung atlet, atau ribuan?
"Corona sangat cepat menyebar. Jadi saya akan sependapat dengan Naomi. Anda harus benar-benar membahasnya, bagaimana Anda bisa bertanding dengan sangat aman.
Jepang telah mencatatkan sedikitnya 10.500 kematian akibat COVID-19, meski angkanya lebih rendah dari banyak negara lainnya.
Akan tetapi, proses pemberian vaksin di negara itu berjalan lambat dan sejumlah wilayah telah menyaksikan kenaikan kasus ketika varian baru virus menimbulkan gelombang infeksi baru, demikian AFP.
Baca juga: Jepang pertimbangkan perpanjangan status darurat di kota-kota besar
Baca juga: Kirab obor Olimpiade di sejumlah prefektur batal digelar di jalan umum
Baca juga: Tidak ada opsi pembatalan, penyelenggara optimistis Olimpiade digelar
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021