"Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan pada 14 Agustus 2020 hanya 150 orang anak yang positif, namun pada 8 Mei 2021 melonjak menjadi 5.092 orang, 69 orang dirawat di RSUP M Djamil dan meninggal 3 orang," kata Tim COVID-19 Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia Sumatera Barat Dr Finny Fitry Yani, Sp. A (K) di Padang, Selasa.
Baca juga: Sekda Cilacap: Seorang awak kapal asing positif COVID-19 meninggal
Ia menyampaikan hal itu pada webinar Siaga COVID-19 dengan tema "Lebaran, Liburan dan Sekolah Gaya Baru" digelar bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unand/RSUP M Djamil Padang, bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumbar , LPPM Unand, Satgas COVID-19 dan Dinas Pendidikan Sumbar.
Menurut dia sejak dibuka kembali sekolah tatap muka di Sumbar pada Januari hingga Mei 2021 terdapat penambahan kasus baru COVID-19 pada anak sebanyak 2.305 orang.
Baca juga: Kasus COVID-19 turun, Indonesia dapat kembali tempatkan PMI ke Taiwan
"Yang dikhawatirkan adalah terjadi fenomena gunung es yaitu dari 2.305 kasus tersebut banyak yang belum terungkap karena tidak adanya pemeriksaan," kata dia.
Ia melihat di Sumbar sejak diberlakukan sekolah tatap muka pembelajaran dilakukan selang-seling namun kegiatan ekstrakurikuler masih berjalan.
Baca juga: Menko: RI berikan tabung oksigen dukung India keluar dari pandemi
"Akan tetapi persoalannya adalah ketika anak demam tidak mau dites usap dan masih ada stigma anak positif didiamkan sehingga sulit dilakukan penelusuran riwayat kontak," ujar dia
Ia mengakui ini menjadi dilema karena pada satu sisi ketika belajar daring tetap diberlakukan anak dan orang tua kesulitan belajar di rumah, namun saat sekolah tatap muka dibuka ada potensi terpapar COVID-19, sehingga muncul kluster sekolah reguler dan berasrama.
Lebih lanjut ia menerangkan ketika anak terpapar COVID-19 maka dapat mengalami gejala mulai dari ringan hingga berat.
"Yang ringan mulai dari demam, batuk, pilek, balita dan remaja dan gejala berat pneumonia," kata dia.
Namun yang perlu diperhatikan adalah anak yang positif COVID-19 adalah penular terhadap kelompok risiko tinggi terutama anggota keluarga seperti orang tua hingga kakek dan nenek.
Terkait dengan Lebaran ia mengingatkan para orang tua mewaspadai potensi penularan pada anak apalagi mudik lokal diperbolehkan di Sumbar.
"Yang terbaik adalah ajak anak tetap di rumah supaya tidak bertemu dengan orang tanpa gejala, tidak pergi ke kerumunan," kata dia.
Kemudian jika memang hendak bepergian karena hal penting tetap patuhi protokol kesehatan, memilih transportasi yang aman, memperhatikan tempat akomodasi dan fasilitas umum.
Saat sekolah tatap muka kembali ia menyarankan sekolah mempersiapkan alur skrining yang baik dan setiap anak yang demam harus dites usap.
"Sekolah dan Dinas Pendidikan harus melakukan evaluasi setiap bulan untuk kondisi status COVID-19 per sekolah dan dipublis setiap bulan," ujarnya.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021