Wiku mengajak belajar dari pengalaman di India di mana pada Maret 2021 tingkat positif negara itu berada di 3,4 persen. Namun kegiatan keagamaan dan politik yang menimbulkan kerumunan massa mendorong terjadinya kenaikan tingkat positif menjadi 22,2 persen per 6 Mei 2021.
"Hanya dalam waktu kurang dari bulan. Ini menunjukkan tidak butuh waktu lama untuk menaikkan kasus yang diakibatkan oleh abainya kita dalam menjaga protokol kesehatan," kata Wiku dalam konferensi pers Satgas COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Selasa.
Sementara kondisi Indonesia pada Maret 2021 memiliki rata-rata tingkat positif 14,7 persen yang turun menjadi 11,3 persen pada 6 Mei 2021.
Baca juga: Satgas COVID-19 minta kegiatan komunitas di RT/RW diawasi ketat
Baca juga: Wapres: Larangan mudik demi keselamatan bersama
Menurut Wiku, setelah belajar dari pengalaman selama berbulan-bulan pandemi berlangsung akhirnya Indonesia menemukan formulasi yang tepat untuk menjaga kasus terus turun setiap harinya.
"Tentunya kita tidak mau kondisi COVID-19 di Indonesia yang sudah mulai menunjukkan perbaikan ini kembali memburuk," tambah Wiku, yang juga menjabat sebagai Koordinator Tim Pakar Satgas COVID-19.
Dia mengingatkan bahwa jika semua pihak tidak menjaga agar penularan tidak semakin luas dengan tetap nekat melakukan mudik dan menemui saudara di kampung halaman, bukan tidak mungkin kasus COVID-19 akan kembali meningkat dan mencapai tingkat seperti India.
"Ketahuilah jika kita masih memaksakan untuk bertemu dalam rangka silahturahmi fisik baik dengan keluarga atau kerabat di manapun, maka kemungkinan besar kita dapat tertular dan menularkan COVID-19," demikian Wiku.
Baca juga: Haedar sebut menaati protokol kesehatan wujud aktualisasi ketakwaan
Baca juga: Menhub sebut jumlah pemudik sementara ini turun signifikan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021