Ratusan ribu kendaraan sudah berhasil diputarbalik, namun ribuan juga yang berhasil lolos dan sebagian besar adalah pemudik roda dua yang lebih fleksibel mencari jalur-jalur alternatif. Beberapa kali rombongan pemudik bermotor berupaya menjebol pos penyekatan di Bekasi dan Karawang, mereka sengaja menolak kebijakan larangan mudik.
Bahkan di beberapa titik mereka dibantu warga setempat yang mengarahkan ke jalur-jalur tikus yang aman dari hadangan petugas.
Anjuran untuk tidak mudik ternyata masih banyak dilanggar, dan belum ada data pasti berapa dari mereka yang bisa lolos mudik. Mereka yang lolos pasti bangga dengan perjuangannya, namun mereka tidak sadar bahwa yang dibawa mudik bukan hanya oleh-oleh lebaran tetapi bisa jadi virus yang sudah menginfeksi dirinya.
Pemerintah juga menyiapkan tes antigen secara acak terhadap pemudik, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menunjukkan bukti pemeriksaan tes negatif dari COVID-19.
Baca juga: Ahli: Agar Indonesia siap siaga antisipasi "tsunami" COVID-19
Baca juga: Epidemiolog ingatkan aparat konsisten tegakkan hukum larang mudik
Pemudik Positif COVID-19
Angka mengejutkan dilaporkan Pemerintah karena dari 6.742 tes acak, didapatkan konfirmasi positif sebanyak 4.123 orang atau persentase 61,2 persen. Bisa dibayangkan jika mereka yang membawa virus ini juga lolos dari pemeriksaan di satgas tingkat desa sehingga berpotensi menularkan kepada anggota keluarganya yang lain.
Angka itu juga memberikan gambaran pentingnya upaya testing digencarkan kalau perlu menyisir semua pemudik sehingga bisa mengurangi potensi penularan di daerah tujuan mudik.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto mengungkap, sebanyak 1.686 orang yang terbukti positif itu di antaranya langsung menjalani isolasi mandiri karena tanpa gejala, sementara 75 orang yang bergelaja dirawat di rumah sakit.
Dengan asumsi itu maka dari jika ada setengahnya saja pemudik yang tidak melengkapi bukti tes covid, maka angka secara keseluruhan bisa mencapai 30 persen dari pemudik yang lolos sampai pulang kampung berpotensi membawa virus ke keluarga mereka.
Hampir semua desa tujuan mudik sudah bersiaga dan kembali melakukan cek ulang tes antigen dan beberapa diantaranya memang diketahui membawa virus corona sehingga dilakukan karantina.
Terbukti, sebanyak dua dari lima pemudik tujuan Solo yang lolos penyekatan setelah dites antigen ternyata positif COVID-19. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surakarta Ahyani mengatakan, dari lima pemudik asal Tangerang, dua di antaranya positif, yang satu dibawa ke Donohudandan yang satu karena bergejala maka dibawa rumah sakit.
Di daerah lain juga sudah banyak dilaporkan pemudik yang dinyatakan positif setelah sampai di tujuan seperti di Kudus dan Pati, Jawa Tengah serta di Sintang, Kalimantan Barat.
Berharap semua yang terpapar corona bisa terjaring satgas di tingkat desa sehingga bisa dilakukan karantina lebih dini untuk mencegah penularan ke keluarga mereka.
Antarpemudik juga harus tetap waspada karena penularan juga bisa terjadi sepanjang perjalanan mudik. Dan tidak ada jaminan juga mereka yang sudah bebas covid bisa aman sampai kampung halaman karena bisa jadi terpapar di perjalanan, apalagi melihat banyak kerumunan pemudik bermotor menjelang titik penyekatan.
Baca juga: Pakar optimis kasus COVID-19 Indonesia tidak sampai seperti India
Baca juga: Ahli berharap mutasi virus tidak mengarah ke yang lebih ganas
Pengawasan Pemudik
Upaya pengawasan bagi para pemudik yang sudah sampai di kampung harus lebih diperketat minimal mereka harus dikarantina untuk tidak melakukan perjalanan ke luar rumah keluarga mereka selama minimal selama lima hari sehingga kalaupun di anggota keluarga mereka ada yang mulai bergejala maka bisa dilakukan tes cepat antigen.
Masyarakat harus disadarkan bahwa kondisi pandemik COVID-19 di Indonesia pada musim mudik tahun ini berbeda dengan tahun lalu karena saat ini sudah ada tiga varian virus corona di Indonesia, bahkan sudah terdeteksi ada sejak awal tahun 2021.
Beberapa virus SARS-CoV-2 jenis baru sudah masuk ke Indonesia antara lain B117 asal Inggris, kemudian B1351 asal Afrika Selatan dan varian mutasi ganda dari India B1617.
Wajar jika Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono berharap pemerintah segera membenahi strategi testing, traching dan treatment (3T) untuk bisa mengamankan secara dini mereka yang sudah terpapar dan menyiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi lonjakan yang pasti akan terjadi.
Ia memprediksi tetap ada lonjakan COVID bahkan khawatir lonjakan akan membuat kondisi grafik penularan covid melonjak seperti pada Januari 2021 yang angka harian paparanya berkisar antara 10.000 sampai 14.000 kasus.
Pandu bahkan meminta Pemerintah Indonesia siap siaga untuk mengantisipasi ancaman "tsunami" COVID-19 usai Lebaran.
Walau secara nasional, angka harian masih bisa dikendalikan pada kisaran 5.000 kasus, namun dalam beberapa pekan terakhir ini saja, sejumlah sudah menunjukkan kenaikan angka paparan covid.
Kenaikan tren tambahan konfirmasi kasus harian itu menyebabkan tujuh provinsi mempunyai Bed Occupancy Ratio (BOR) lebih dari 50 persen per 8 Mei 2021 yaitu di Sumatera Utara 63,4 persen, Riau 59,1 persen, Kepulauan Riau 59,9 persen, Sumatera Selatan 56,6 persen, Jambi 56,2 persen, Lampung 50,8 persen dan Kalimantan Barat 50,6 persen.
Tidak salahnya semua pihak khususnya di daerah mengantisipasi lonjakan kasus harian ini pascalebaran ini dengan menyiapkan tim survailans dan fasilitas kesehatan yang memadai, dan kesiapan tenaga kesehatannya.
Banyak pihak menyuarakan pentingnya data pemudik yang bisa lolos sampai kampung halaman secara nasional sebagai gambaran peta mobilitas dan menjadi dasar bagi pemerintah pusat dan daerah mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19.
Silaturahim Tatap Muka
Dengan keyakinan sudah merebaknya tiga varian mutasi virus maka masyarakat harus lebih sadar untuk menahan diri dari aktifitas silaturahim tatap muka yang berlebihan selama Lebaran termasuk acara halal bihalal karena semakin banyaknya pergerakan silaturahim maka potensi penyebaran juga semakin besar.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengingatkan potensi mobilitas lokal di daerah di tengah kebijakan larangan mudik karena dipastikan silaturahim selama lebaran menjadi budaya yang sulit ditinggalkan.
Selain silaturahim adalah potensi kerumunan di pusat perbelanjaan dan lokasi wisata yang biasanya menjadi tujuan masyarakat untuk bergembira selama Lebaran.
Satgas penanganan COVID- di daerah perlu mengawasi secara tegas pembatasan kapasitas orang di pusat perbelanjaan, kuliner dan lokasi wisata serta protokol kesehatan seperti jaga jarak, memakai masker dan menyediakan tempat cuci tangan yang memadai
Kalau perlu Pemda mengajurkan warga untuk tidak melakukan silaturahim antarwilayah desa atau kecamatan untuk menjaga mobilitas warga, apalagi jika daerah itu sudah dinyatakan sebagai zona merah.
Sejumlah pemda juga sudah mulai khawatir dengan melonjaknya angka penyebaran covid menjelang Lebaran dengan kebijakan menutup lokasi wisata yang berada di zona merah dan oranye penyebaran COVID, menutup juga lokasi pemakaman selama Lebaran karena tradisi ziarah kubur selama dua hari pertama Lebaran.
Berharap warga sadar akan ancaman virus COVID di musim mudik ini yang lebih menular sehingga memilih tetap di rumah selama Lebaran dan memanfaatkan silaturahim virtual untuk melepas kerinduan.
Puasa Ramadhan yang mengajarkan bagaimana menahan nafsu hendaknya diwujudkan dalam perilaku warga untuk menahan diri dari mobilitas selama Lebaran agar lonjakan paparan virus corona tidak terjadi.
Jangan sampai "tsunami" virus ini melanda Indonesia akibat kelalaian menjaga mobilitas karena capaian pengendalian paparan virus selama ini sudah mengorbankan kematian dari ratusan dokter, perawat dan petugas layanan masyarakat.
Baca juga: Wiku: Patuh larangan mudik berkontribusi tekan penularan COVID-19
Baca juga: Puan ingatkan pengawasan di Soetta ditingkatkan antisipasi COVID-19
Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021