"Cukup banyak vaisn lain yang bisa dikembangkan, tapi kerjasama difokuskan pada vaksin-vaksin yang dibutuhkan negara berkembang," kata Medical Research The John Curtin Austalia, Christopher Parish, dalam 6th Annual Meeting IDB-SRVP yang digelar di Kota Bandung, Minggu.
Sebagai langkah awal kerjasama dilakukan dengan membuat riset bersama. Selain riset, terbuka kesempatan melakukan kerjasama manufaktur produksi vaksin. Pengembangan untuk memproduksi vaksin New TB ini mendapat dukungan penuh dari WHO.
Sementara itu Christopher Paris sebagai pakar ahli yang diundang dalam 6th Annual Meeting IDB-SRVP tersebut memberikan saran mengenai strategi pengembangan vaksin dengan platform. Konsep pengembangan strategi tersebut diharapkan dapat mengurangi lamanya masa produksi vaksin.
Nantinya dalam memproduksi vaksin baru tidak lagi membutuhkan waktu hingga 10 hingga 11 tahun, namun prosesnya lebih efektif , cepat dan produksi pun menjadi lebih murah.
"Sharing technologi dilakukan agar kita aware bahwa kita dapat membuat vaksin yang murah dan berkualitas," tambah Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Bio Farma, Yenni Siti Haerani.
Dalam forum 6th Annual Meeting IDB-SRVP riset bersama dan kerjasama teknologi dalam pengembangan vaksin baru menjadi fokus pembahasan. Tujuannya agar para negara anggota IDB memiliki satu wawasan mengenai pengembangan teknologi vaksin dan jenis vaksin yang akan muncul di masa yang akan datang.
Pertemuan dengan para ahli pun bertujuan saling berbagi teknologi. Parish menyarankan agar setiap negara anggota IDB-SRVP menggunakan platform untuk bermacam-macam vaksin, salah satunya adalah Antigen Delivery System, yakni cara untuk mengantarkan antigen ke sel dendrit.(*)
(U.S033/M019/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010