Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 360,68 poin atau 1,06 persen menjadi menetap di 34.382,13 poin. Indeks S&P 500 bertambah 61,35 poin atau 1,49 persen, menjadi ditutup di 4.173,85 poin. Indeks Komposit Nasdaq melambung 304,99 poin atau 2,32 persen, menjadi berakhir pada 13.429,98 poin, kenaikan satu hari terbesar dalam sekitar dua bulan.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir dengan wilayah positif, dengan sektor energi dan teknologi masing-masing melonjak 3,16 persen dan 2,12 persen, memimpin kenaikan.
Lonjakan saham-saham sejalan dengan menguatnya saham global ketika investor menahan kekhawatiran bahwa kenaikan harga-harga dapat menyebabkan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan dan mengurangi aliran uang tunai yang telah mendorong pasar-pasar keuangan.
Tetapi beberapa memperingatkan bahwa investor mungkin terlalu berpuas diri jika mereka mengabaikan bahaya percepatan tekanan harga-harga.
“Saya tidak melihat kami ikut balapan,” kata Tim Ghriskey, kepala strategi investasi di Inverness Counsel, yang mengelola aset sekitar 4 miliar dolar AS. Dia mengatakan risiko inflasi adalah "nyata" dan pasar-pasar keuangan kemungkinan akan berombak untuk beberapa waktu.
"Anda bisa membeli (saham) jika Anda bisa tidur di malam hari dengan volatilitas, tapi saya mungkin punya sedikit uang juga."
Memang, sekalipun dengan pemulihan yang kuat pada Jumat (14/5/2021), saham-saham AS masih mencatat kinerja mingguan terburuk mereka dalam hampir tiga bulan. S&P 500 kehilangan 1,4 persen minggu ini, sementara Nasdaq merosot 2,3 persen, penurunan yang tidak terlihat sejak 26 Februari.
Namun, saham-saham pertumbuhan mega-cap, yang telah terpukul minggu ini karena kekhawatiran atas valuasi mereka yang tinggi, melonjak, dengan saham di Apple Inc, Amazon.com Inc dan Microsoft Corp berakhir masing-masing setidaknya 1,9 persen dan Tesla Inc melonjak 3,2 persen.
Kekhawatiran kenaikan harga-harga muncul ke permukaan minggu ini dan membuat takut pasar, dan meskipun ada jaminan dari The Fed bahwa pihaknya tidak berharap untuk mengetatkan kebijakan dalam waktu dekat, beberapa investor khawatir pembuat kebijakan mungkin salah menilai risiko inflasi.
Meskipun demikian, data yang dirilis pada Jumat (14/5/2021) menunjukkan penjualan ritel AS secara tak terduga terhenti pada April karena dorongan dari stimulus bantuan tunai langsung mereda, semakin memperkuat argumen bahwa pemulihan ekonomi masih jauh dari menderu, dan bahwa kenaikan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Itu tampaknya menenangkan pasar, untuk saat ini.
Baca juga: Wall Street dibuka lebih tinggi terkerek kenaikan saham energi
Baca juga: Wall Street melonjak setelah aksi jual tajam, Dow terangkat 433 poin
Baca juga: Wall Street dibuka turun, tertekan Indeks Harga Konsumen AS meningkat
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021