“Tujuannya mencapai pertumbuhan inklusif, membangun kelas menengah yang tangguh kemudian bergabung dengan negara-negara berpenghasilan tinggi,” kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu.
CPF dirancang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yakni memiliki empat bidang kerja sama meliputi memperkuat daya saing dan ketahanan perekonomian serta meningkatkan infrastruktur.
Kemudian, mengembangkan modal manusia serta mendukung pengelolaan aset-aset alam, sumber mata pencaharian berbasis sumber daya alam, dan ketahanan terhadap bencana.
Sementara pada aspek digital, CPF ditujukan untuk memperbaiki tingkat efisiensi dan inklusi dengan meningkatkan berbagai layanan dalam mengatasi kesenjangan digital.
Wakil Presiden International Finance Corporation (IFC), Asia dan Pasifik Alfonso Garcia Mora mengatakan swasta berperan penting dalam membangkitkan pertumbuhan ekonomi karena mampu memunculkan berbagai peluang yang berkelanjutan dan inklusif.
“Kami juga mendorong keuangan yang inklusif melalui kerja sama digitalisasi maupun kelanjutan kerja sama dengan UMKM serta memberikan bantuan teknis untuk memodernisasi infrastruktur pasar modal,” katanya.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menyatakan pihaknya akan memastikan berlangsungnya pemulihan termasuk mendukung reformasi ekonomi, meningkatkan pendapatan, serta berbagai upaya di bidang perubahan iklim, digitalisasi, dan kesetaraan gender.
“Kami berkomitmen untuk melanjutkan dukungan kepada pemerintah Indonesia pada tema-tema lintas-bidang tersebut dan pada upaya pemberantasan kemiskinan untuk mendukung Indonesia menjadi lebih sejahtera,” ujarnya.
Baca juga: Bank Dunia, Gavi desak negara lepas kelebihan vaksin COVID-19
Baca juga: Bank Dunia alokasikan 2 miliar dolar untuk vaksin di negara berkembang
Baca juga: Indikator makro ekonomi tunjukkan pemulihan
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021