Target BRIN menjadi fasilitasi dan 'enabler' bagi industri nasional untuk melakukan 'product development' (pengembangan produk) berbasis riset sehingga kita buat supaya industri itu bisa melakukan 'product development' yang berbasis riset tanpa dia harus melakukan investasi tadi yang 'high cost' (biaya mahal) dan 'high risk' (berisiko tinggi) itu, apalagi sampai 'hire' (menyewa) manusia.
Hal itu disampaikan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam Webinar "Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan COVID-19: Peta dan Upaya Penguatannya" di Jakarta, Rabu.
Tiga target tersebut adalah memfasilitasi dan menjadi "enabler" industri nasional melakukan pengembangan produk (product development) berbasis riset dan menciptakan industri dengan basis riset kuat dalam jangka panjang; menjadi platform penciptaan SDM unggul di setiap bidang keilmuan, dan wirausaha (entrepreneur) berbasis inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); dan meningkatkan dampak ekonomi langsung dan aktivitas riset dan menjadikan sektor iptek sebagai tujuan investasi jangka panjang serta penarik devisa.
Handoko menuturkan peranan pemerintah melalui BRIN penting untuk memfasilitasi dan mendukung industri nasional untuk bisa melakukan riset dan pengembangan karena riset dan pengembangan membutuhkan biaya yang besar (high cost) dan berisiko tinggi (high risk).
Untuk memfasilitasi industri nasional, maka Handoko mengatakan semua orang boleh menggunakan sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur yang dikelola di bawah manajemen BRIN.
Dengan demikian, upaya tersebut bisa membuat sektor iptek menjadi tujuan investasi yang cukup "seksi", menjadi penggerak roda ekonomi yang bisa menimbulkan dampak langsung bagi masyarakat, dan itu sangat potensial sekali karena berbagai platform dan infrastruktur riset yang dimiliki Indonesia sebenarnya memiliki keunikan dan nilai jual yang tinggi apabila dikelola dengan baik dan dengan bekerja sama dengan mitra dari swasta.
Selain tiga target tersebut, BRIN memiliki empat target lain yaitu konsolidasi lembaga riset pemerintah utama pada 1 Januari 2022; transformasi proses bisnis dan manajemen riset secara menyeluruh untuk percepatan peningkatan "critical mass" sumber daya (manusia, infrastruktur, anggaran) iptek; "refocusing" pada riset untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi berbasis sumber daya alam dan keanekaragaman (hayati, geografi, kelautan) lokal, selain mengejar ketertinggalan iptek; menjadikan Indonesia sebagai pusat dan platform riset global berbasis sumber daya alam dan keanekaragaman (hayati, geografi, seni budaya) lokal.
Sementara itu, tiga arah pembentukan BRIN yakni konsolidasi sumber daya (manusia, infrastruktur, anggaran) ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk meningkatkan "critical mass", kapasitas dan kompetensi riset Indonesia untuk menghasilkan invensi dan inovasi sebagai fondasi utama Indonesia Maju 2045; menciptakan ekosistem riset sesuai standar global yang terbuka (inklusif) dan kolaboratif bagi semua pihak (akademisi, industri, komunitas, pemerintah); serta menciptakan fondasi ekonomi berbasis riset yang kuat dan berkesinambungan dengan fokus "digital green blue economy".
Dengan melakukan konsolidasi sumber daya iptek, diharapkan BRIN bisa menjadi penghela untuk meningkatkan ekosistem riset dan inovasi di Tanah Air sehingga pada waktunya riset dan inovasi bisa menjadi landasan atau pondasi ekonomi Indonesia maju di 2045.
Handoko menuturkan suatu negara akan maju apabila ekonominya berbasis riset dan inovasi yang kuat dan berkesinambungan. Itulah yang ingin diwujudkan oleh Indonesia.
Baca juga: BRIN perkuat SDM unggul tingkatkan ekosistem riset dan inovasi
Baca juga: BRIN fokus pengembangan vaksin dan alat deteksi COVID-19
Baca juga: BRIN: Penelitian bidang konservasi tumbuhan terus ditingkatkan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021