Frans Asisi dalam persidangan mengatakan berdasarkan KBBI, arti kata "bohong" adalah "mengatakan sesuatu yang tidak benar". Namun, menurut dia, seseorang tidak bisa dikatakan "bohong" jika mengatakan sesuatu yang tidak benar tanpa disertai niat atau karena tidak tahu.
"Dia termasuk kategori keliru. Keliru selalu terjadi dalam hidup kita, misalnya, kita salah menyebut nama orang, tanggal lahir orang, asal orang dan lain-lain. Jadi sangat manusiawi," kata Frans Asisi dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, Rabu.
Sedangkan mengenai kata "onar", menurut Frans Asisi, memiliki arti "keributan, kegaduhan" hingga "kerusuhan". Untuk itu, sebagai ahli bahasa ia pun mengategorikan tingkatan "onar" mulai dari yang kecil hingga besar.
"Kriteria yang paling tinggi dari kata 'onar' itu maknanya adalah 'rusuh'. Yang paling rendah, misalnya, 'heboh'. Jadi kalau 'kerusuhan' itu kategori 'onar'. Tapi yang paling rendah itu 'heboh'.
Baca juga: Rizieq hadirkan enam saksi ahli di sidang kasus tes usap RS UMMI Bogor
Baca juga: Kerumunan Petamburan, Rizieq Shihab dituntut dua tahun penjara
Misalnya, ada orang di dunia keartisan sekarang membuat sesuatu yang sangat mengejutkan masyarakat. "Maka itu dalam kategori makna 'onar' yang hanya buat 'heboh' saja," katanya.
Sebelumnya, anggota tim kuasa hukum Rizieq Shihab, Aziz Yanuar mengatakan bahwa pihaknya mendatangkan saksi ahli bahasa untuk membantah dakwaan Jaksa Penuntut Umum bahwa Rizieq Shihab, Muhammad Hanif Alatas dan dr Andi Tatat menyebarkan berita bohong.
Ketiga terdakwa tersebut disangkakan dengan pasal 14 ayat 1 UU Nomor UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana karena diduga menyebarkan berita bohong terkait hasil tes usap PCR Rizieq.
Aziz mengatakan Rizieq Shihab saat itu dalam keadaan sehat meski terkonfirmasi COVID-19 ketika dirawat di RS UMMI Bogor pada November 2020. Terdakwa beralasan menyatakan sehat karena hasil tes usap PCR belum keluar.
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021