• Beranda
  • Berita
  • Pemerhati: Pendidikan Karakter Solusi Pendidikan Moral Efektif

Pemerhati: Pendidikan Karakter Solusi Pendidikan Moral Efektif

18 Agustus 2010 21:00 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Pemerhati Pendidikan Karakter Dr Ratna Megawangi mengatakan salah satu solusi untuk membuat pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan melakukan pendidikan karakter karena pendidikan moral biasanya hanya menyentuh aspek pengetahuan saja dan belum sampai pada aspek perilaku.

"Pendidikan karakter dapat membentuk perilaku yang baik, jujur, dan berakhlak mulia," kata salah satu pendiri Indonesia Heritage Foundation (IHF) itu saat menjadi pembicara di acara "Nasionalisme Kita: Berharap pada Pendidikan Karakter, Mungkinkah?" di Aula PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu petang.

Menurut dia, kondisi Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, sering kali terjadi tindak kekerasan, korupsi, manipulasi, kebohongan, dan konflik. Hal itu menjadi bukti bahwa institusi pendidikan belum dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 24 tentang tujuan pendidikan di Indonesia dan Pasal 3 UU No.20/2003 tentang Sisdiknas.

Ia menilai salah satu kegagalan pendidikan di Indonesia karena sistem pendidikan nasional belum mempunyai kurikulum pendidikan karakter, namun hanya ada mata pelajaran tentang pengetahuan karakter (moral) yang tertuang dalam pelajaran Agama, Kewarganegaraan, dan Pancasila.

"Apalagi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik hanya hafalan sehingga tidak bisa mengubah perilaku menjadi baik," katanya.

Ia mengatakan upaya yang dilakukan oleh binaan IHF yang bergerak di bidang pendidikan karakter dengan melaksanakan model "Pendidikan Holistik Berbasis Karakter" di tingkat TK, SD, SMP, dan TK nonformal Semai Benih Bangsa (SBB), memiliki tujuan membangun manusia utuh yang cakap menghadapi dunia yang penuh tantangan dan cepat berubah, serta memiliki kesadaran emosional dan spiritual.

"Pendekatan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah konvensional sangat berbeda dengan sekolah karakter. Sekolah konvensional hanya dengan pendekatan menghafal dan metode `drilling` atau `rote learning`," katanya.

Oleh karena itu, pihak sekolah dan guru memiliki peranan yang penting agar pendidikan karakter bisa dilakukan di sekolahnya sehingga para peserta didiknya memiliki sifat yang jujur, bertanggung jawab, santun, hormat, dan kasih sayang.

"Peran serta orang tua dan lingkungan sekitar juga penting agar anak memiliki perilaku yang baik," ucapnya.

Di tempat yang sama, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal mengatakan hampir semua kurikulum sekolah mengajarkan soal kejujuran, memiliki moral yang baik, bertanggung jawab, tidak merusak lingkungan, dan lainnya, seperti pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Pancasila, dan Matematika.

"Sebenarnya tidak usah ada kurikulum pendidikan karakter juga bisa asalkan guru di setiap mata pelajaran bisa mengajarkan tentang perilaku yang baik kepada anak didiknya," katanya.

Namun, untuk menjadikan peserta didik memiliki perilaku yang baik cukup sulit tanpa ada peran dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Menurut dia, saat ini Kemendiknas tidak mengatur tentang kurikulum apa saja yang harus ada di sekolah. Namun, pengaturan kurikulum diserahkan kepada masing-masing sekolah, sesuai dengan kompetensi pengajaran dan kelulusan siswa.

"Kita hanya mengatur kompetensinya saja, namun masalah kurikulum diserahkan kepada sekolah," ucapnya. (*)

(T.S037/R009)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010