• Beranda
  • Berita
  • Menparekraf minta sektor pariwisata mampu beradaptasi pada era baru

Menparekraf minta sektor pariwisata mampu beradaptasi pada era baru

21 Mei 2021 20:59 WIB
Menparekraf minta sektor pariwisata mampu beradaptasi pada era baru
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (kedua kanan) pada saat melakukan kunjungan kerja ke Museum Panji, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (21/5/2021). (ANTARA/Vicki Febrianto)

COVID-19 memaksa kita untuk menyesuaikan, pariwisata era baru, itu adalah personalize, customize, localize, dan small ring size

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meminta seluruh pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya di Malang Raya, agar mampu beradaptasi pada era baru akibat dampak pandemi virus Corona.

Sandiaga mengatakan bahwa, memang saat ini sektor pariwisata terdampak cukup dalam akibat pandemi COVID-19. Oleh karena itu, pelaku usaha mampu meningkatkan kualitas wisata, meskipun secara kuantitas mengalami penurunan akibat pandemi virus Corona.

"COVID-19 memaksa kita untuk menyesuaikan, pariwisata era baru, itu adalah personalize, customize, localize, dan small ring size," kata Sandiaga, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat.

Sandiaga menjelaskan, dengan melakukan upaya personalisasi, penyesuaian, dilakukan secara lokal, dan dalam lingkup yang kecil diharapkan mampu menggerakkan sektor pariwisata, namun tetap mampu meminimalisasi risiko terpapar COVID-19.

Menurut Sandiaga, dengan langkah adaptasi tersebut, meskipun secara kuantitas jumlah wisatawan mengalami penurunan, namun secara kualitas, diharapkan bisa lebih meningkat, dengan memberikan pengalaman tersendiri bagi para wisatawan.

"Jadi memang kuantitasnya lebih sedikit, namun kualitasnya meningkat," kata Sandiaga.

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sektor pariwisata tersebut, Kementerian Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif akan membekali para pelaku wisata dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka.

"Kami akan meningkatkan pengetahuan masyarakat berkaitan dengan pariwisata era baru," kata Sandiaga.

Sementara itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengatakan bahwa salah satu program yang digagas adalah penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) atau yang CHSE.

"Kita tentunya tidak bisa menghentikan semua kegiatan. Tetapi, melaksanakan kegiatan secara sembrono juga tentu bukan pilihan," kata Fadjar.

Fadjar menambahkan, oleh karena itu, penerapan protokol CHSE merupakan salah satu hal yang harus dilakukan. Nantinya, pada saat kegiatan wisata memiliki risiko untuk penyebaran COVID-19, bisa dilakukan penghentian sementara.

"Pilihan satu-satunya adalah menjalankan ini sesuai protokol CHSE. Ketika terjadi hal yang harus direm, akan kita rem. Ada proses pengawasan dalam level ini, yang juga dilakukan pemerintah daerah," kata Fadjar.

Deputi bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Muhammad Neil El Himam menambahkan, untuk sektor ekonomi kreatif, salah satu hal yang dilakukan pemerintah adalah berupaya untuk melakukan transformasi digital khususnya bagi pelaku UMKM.

"Kami lihat masih banyak yang ternyata belum masuk ke platform e-commerce. Jadi ini salah satu yang digerakkan oleh beberapa kementerian termasuk kami dengan memberikan pelatihan dan pendampingan," kata Neil.

Sementara untuk sektor pariwisata, lanjut Neil, pihaknya juga telah melakukan beberapa inovasi seperti interactive virtual tourism. Dalam tersebut, pemandu wisata akan datang ke tempat wisata, dan memberikan panduan kepada wisatawan secara daring.

"Pasarnya ada,tetapi kembali lagi masalah infrastruktur digital yang kadang-kadang putus-putus. Seperti kemarin kami coba di Labuan Bajo," tutup Neil

Baca juga: Menparekraf berdialog dengan pelaku pariwisata Malang Raya
Baca juga: Pariwisata DIY siap dukung "work from destination"
Baca juga: Jelajah hingga memasak di Singapura lewat acara virtual

 

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021