"Cuaca hujan agak lebih panjang tahun ini memang. Udara lapisan atmosfer di atas (udara) ini masih lembab uap airnya," ungkap Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Citeko, Fatuhri Syabani, saat dihubungi Antara di Bogor, Jumat.
Menurutnya, kemarau yang idealnya berlangsung di bulan Mei atau awal Juni, tahun ini diprediksi mundur, yakni akhir Juni, sehingga berlangsungnya kemarau diperkirakan hanya sebentar.
"Kemarau bisa dikatakan agak mundur, bisa Juni pertengahan atau akhir," ujarnya.
Baca juga: Ambruk kena hujan es, RSUD Leuwiliang Bogor tetap beroperasi
Baca juga: BMKG: Curah hujan ekstrem sebabkan banjir bandang di Cisarua
Fatuhri menyebutkan bahwa efek dari Fenomena La Nina menyebabkan permukaan laut di sekitar Indonesia masih hangat, sehingga kandungan uap airnya masih banyak di udara.
"Jadi begitu ada gangguan sedikit saja di udara, akan menjadi awan-awan berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang," ujar Fatuhri.
Ia mengatakan La Nina bukan kali pertama terjadi, melainkan sudah beberapa kali dan menyebabkan bencana khususnya di wilayah Kabupaten Bogor.
"Yang lebih parah tahun 2010 secara global di Indonesia hampir semua wilayah curah hujan ekstrem, itu juga La Nina. Itu La Nina paling ekstrem tercatat sepanjang sejarah di dunia," tuturnya.*
Baca juga: BMKG imbau warga Bogor tenang dan waspadai puncak musim hujan
Baca juga: BMKG Bogor perkirakan puncak musim hujan terjadi Januari-Februari
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021