Vaksin tersebut kemungkinan akan ditawarkan secara gratis kepada para atlet dan staf di Jepang, di mana vaksinasi tertinggal jauh di belakang negara-negara maju lainnya dengan sebagian besar orang belum divaksin.
Diperkirakan sekitar 2.500 atlet Olimpiade dan Paralimpiade Jepang membutuhkan vaksin COVID-19.
Staf yang akan mendapatkan vaksin, yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS Pfizer Inc. dan mitra Jermannya BioNTech SE, adalah mereka yang akan melakukan kontak dekat dengan para atlet, kemungkinan termasuk beberapa sukarelawan, penerjemah dan wasit.
Baca juga: Jelang Olimpade, sebagian besar tenaga medis di Jepang belum divaksin
Baca juga: Pfizer/BioNTech sepakat suplai vaksin untuk atlet Olimpiade Tokyo
Sementara penyelenggara Jepang mengatakan vaksinasi tidak diperlukan bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo, IOC awal bulan ini mengatakan bahwa vaksin Pfizer akan diberikan kepada atlet Olimpiade dan Paralimpiade.
Komite Olimpiade Jepang telah bersiap untuk mulai menginokulasi atlet pada 1 Juni di Pusat Pelatihan Nasional di Tokyo.
Presiden IOC, Thomas Bach, Rabu (19/5), mengatakan bahwa dia mengharapkan lebih dari 80 persen penduduk desa atlet dapat divaksin, dan menyatakan keyakinannya bahwa pertandingan tersebut dapat diselenggarakan dengan aman.
Baca juga: Sebastian Coe yakin Olimpiade bisa berjalan jika ada jaminan vaksin
Baca juga: Presiden IOC pahami langkah darurat COVID-19 yang dilakukan Tokyo
CEO panitia penyelenggara Jepang, Toshiro Muto, dalam konferensi pers, Jumat (21/5), mengatakan akan mempertimbangkan vaksinasi untuk ofisial dan pekerja Olimpiade Tokyo jika Jepang telah dapat melakukan lebih banyak vaksinasi.
Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, yang akan diadakan setelah penundaan satu tahun karena pandemi virus corona, akan menghadirkan sekitar 15.000 atlet dari seluruh dunia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021