• Beranda
  • Berita
  • Huayou China investasi 2,1 miliar dolar pada proyek nikel di Indonesia

Huayou China investasi 2,1 miliar dolar pada proyek nikel di Indonesia

25 Mei 2021 07:39 WIB
Huayou China investasi 2,1 miliar dolar pada proyek nikel di Indonesia
Ilustrasi: Seorang pria berjalan melewati lokasi pencampuran bijih besi di Pelabuhan Dalian, provinsi Liaoning, China 21 September 2018. Gambar diambil 21 September 2018. ANTARA/REUTERS/Muyu Xu

Sementara Huayou hanya memegang 20 persen ​​saham dalam proyek tersebut, kami ingin menyoroti bahwa proyek ini berukuran besar

Zhejiang Huayou Cobalt Co China mengatakan pada Senin (24/5/2021) bahwa pihaknya akan bermitra dengan pembuat baterai kendaraan listrik EVE Energy dan lainnya dalam proyek nikel dan kobalt senilai 2,08 miliar dolar AS di Indonesia.

Perusahaan juga mengeluarkan 210 juta dolar AS untuk kepemilikan di produsen bahan baterai China Tianjin B&M Science and Technology Co (B&M) karena perusahaan melakukan investasi di seluruh rantai pasokan baterai yang dapat diisi ulang.

Baca juga: Perusahaan nikel China bagi pengalaman investasi di Indonesia

Huayou akan memegang 20 persen kepemilikan ​​dari usaha Indonesia, sementara disebut PT Huayu Nickel Cobalt. Ini adalah proyek peleburan nikel baterai ketiga dari produsen kobalt di Indonesia, yang menjadi pusat penting untuk bahan kimia baterai.

Lokasi terbaru akan berada di Teluk Weda di Pulau Halmahera di mana Huayou sudah bermitra dengan Tsingshan Holding Group dalam proyek nikel sulfat. Perusahaan bertujuan untuk menghasilkan 120.000 ton nikel dan 15.000 ton kobalt setiap tahun berdasarkan kandungan logam, kata Huayou dalam laporannya ke Shanghai Stock Exchange.

Baca juga: Freeport akui didekati Tshingshan bangun smelter tembaga di Halmahera

EVE akan memiliki 17 persen saham, sedangkan mitra lainnya adalah Yongrui Holdings dengan 31 persen saham, Glaucous International Pte Ltd dengan 30 persen saham dan Lindo Investment Pte Ltd dengan 2,0 persen saham.

Yongrui dimiliki sepenuhnya oleh Yongqing Technology Co, anak perusahaan Tsinghan, produsen nikel terbesar di Indonesia dan pembuat baja tahan karat terbesar di dunia.

"Sementara Huayou hanya memegang 20 persen ​​saham dalam proyek tersebut, kami ingin menyoroti bahwa proyek ini berukuran besar," kata Daiwa Capital Markets dalam sebuah catatan.

Laporan Huayou tidak menyebutkan kapan proyek akan mulai beroperasi.

Baca juga: Kepastian rencana smelter tembaga Freeport-Tsingshan akhir Maret

Perusahaan juga akan menjadi bagian dari konsorsium yang dipimpin oleh LG Korea Selatan yang membangun pabrik baterai senilai 1,2 miliar dolar AS di dekat Jakarta, kata menteri investasi Indonesia pada Senin (24/5/2021).

Dalam laporan terpisah pada Minggu (23/5/2021), Huayou mengatakan akan membayar Hangzhou Hongyuan Equity Investment senilai 1,35 miliar yuan (210 juta dolar AS) untuk 38,62 persen saham di B&M.

Induk perusahaan Huayou juga akan mentransfer hak suara untuk 26,4 persen sahamnya di B&M kepada Huayou, yang secara efektif memberinya kendali atas perusahaan yang ingin diakuisisi pada 2019 sebelum membatalkan rencana tersebut. (1 dolar AS = 6,4309 yuan China).

Baca juga: Bahlil: 70 persen lahan Kawasan Industri Batang fase I untuk Korsel

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021