Lima tren fesyen berkelanjutan 2021

25 Mei 2021 10:03 WIB
Lima tren fesyen berkelanjutan 2021
Ilustrasi fesyen berkelanjutan (ANTARA/Shutterstock)
Sebuah penelitian oleh McKinsey mengungkapkan 57 persen pembeli setuju mereka telah membuat perubahan signifikan pada gaya hidup mereka untuk mengurangi dampak lingkungan dan 15 persen konsumen berharap dapat membeli pakaian yang lebih ramah lingkungan dan sosial.

Konsumen yang memiliki kesadaran fesyen keberlanjutan, akan terus mendorong merek dan bisnis untuk memproduksi pakaian yang lebih ramah lingkungan dan lebih bertanggung jawab di sepanjang tahun 2021.

Baca juga: Perancang Ali Charisma donasi 1.000 busana

"Merek dan bisnis yang dapat mengubah orientasi misi dan model bisnis ke arah yang lebih berkelanjutan akan menjangkau lebih banyak pelanggan daripada sebelumnya," ujar Felix Soni, Head of Textiles, Zilingo Indonesia dalam rilis resminya pada Selasa.

Para pelaku bisnis fesyen juga dapat beralih ke cara yang lebih inovatif untuk mengurangi stok dan memasukkan kembali nilai sosial ke dalam produk mereka, seperti mempercepat lahirnya tren keberlanjutan.

Departemen Komunikasi Zilingo Indonesia, telah mengumpulkan insight mengenai tren keberlanjutan untuk merek dan bisnis Indonesia yang perlu diperhatikan memasuki kuartal III 2021.

1. Konsumen lebih memilih pakaian kasual yang nyaman sebagai seragam "WFH"
Pandemi yang sedang berlangsung telah membuat masyarakat untuk tetap berada di rumah, minimnya bersosialisasi dan maraknya pertemuan virtual mulai membuat seragam "Bekerja Dari Rumah'' yaitu pilihan pakaian yang nyaman namun tetap terlihat profesional di depan kamera untuk dipakai bekerja selama seminggu.

Pakaian seperti loungewear dengan warna atau pola yang sama atas dan bawah dapat digunakan dengan cara yang lebih fleksibel, dapat menjadi pakaian kerja namun tetap nyaman digunakan di rumah.

Maraknya pakaian berbahan dasar katun juga terlihat pada berbagai jenis pakaian, dikarenakan bahan ini dianggap paling nyaman untuk dipakai bekerja ataupun bersantai di rumah. Karenanya, merek dan bisnis perlu fokus menghasilkan koleksi kasual yang paling nyaman.

2. Merek mulai menarik minat konsumen melalui upcycling
Upcycling adalah tren yang terus berkembang dan merupakan salah satu hal paling berkelanjutan yang dapat dilakukan untuk produk fesyen. Dikarenakan upcycling memanfaatkan barang yang sudah ada, seringkali menggunakan sedikit sumber daya dalam pembuatannya dan benar-benar membuat barang 'yang tidak diinginkan' tidak menjadi limbah.

Daur ulang ini dapat meningkatkan kreativitas merek dalam membuat barang-barang unik, alih-alih membeli banyak pakaian berbeda untuk satu koleksi. Dengan membuat lemari pakaian kapsul dari koleksi sebelumnya, merek dan bisnis bisa mengkreasikan produk lama menjadi sesuatu yang baru.

Hasilnya, ini akan mengurangi limbah fesyen dan menciptakan produk limited edition yang dapat dibeli pelanggan.

Baca juga: Coba "slow fashion", jalani tiga bulan tanpa belanja baju baru

3. Konsumen lebih memilih merek lokal untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional
Berbelanja secara lokal dan mendukung komunitas lokal dari rumah adalah tren yang kemungkinan besar akan bertahan di tahun 2021 dan seterusnya. Perbatasan yang masih ditutup dan situasi yang sulit bagi bisnis lokal telah menyatukan masyarakat Indonesia untuk bahu membahu membantu masyarakat setempat.

Bisnis lokal juga dapat memanfaatkan strategi digital untuk terhubung dengan konsumen di berbagai kanal. Dikarenakan masyarakat Indonesia tetap di rumah dan meningkatnya konsumsi konten mereka di perangkat seluler dan komputer, penting bagi merek dan bisnis untuk mempertimbangkan bagaimana menjangkau konsumen di media sosial dan melalui iklan online.

4. Konsumen mengharapkan merek yang mereka dukung dapat bertanggung jawab secara sosial
Dampak sosial adalah salah satu area yang perlu diperbaiki merek dan bisnis Indonesia. Mereka harus lebih terbuka mengenai informasi pemasok mereka dan tindakan yang mereka ambil untuk memastikan kondisi kerja yang etis serta upah yang adil.

Para pelaku bisnis juga perlu lebih sadar akan dampak lingkungan di setiap tahap desain apalagi jika menyangkut industri fesyen yang sebagian besar dilakukan secara offline, ketika pandemi melanda banyak kegiatan sourcing harus dilakukan secara online seperti pencarian bahan baku, produksi, pengiriman, dan penyimpanan.

Pelaku bisnis perlu meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekaligus membantu konsumen untuk melakukan hal yang sama.

5. Pelaku bisnis perlu menjunjung inklusivitas dan merangkul keragaman
Istilah keragaman dan inklusivitas telah digunakan selama bertahun-tahun dalam industri fesyen etis sebagai kepedulian terhadap keadilan lingkungan, ketidaksetaraan rasial, dan perampasan budaya akhirnya dibawa ke garis depan baik untuk pelaku bisnis maupun konsumen.

Para pelaku bisnis yang memasarkan produk mereka pada model yang terlihat berbeda dalam ukuran badan, warna kulit, usia, bentuk, kepribadian mendapatkan daya tarik lebih dari sebelumnya. Pemasaran visual juga memainkan peran penting dalam menggambarkan keragaman dari setiap bagian fesyen untuk dipilih konsumen sebelum mereka memutuskan untuk membeli.


Baca juga: Pria kini punya opsi pakaian dalam nyaman dan ramah lingkungan

Baca juga: Menteri Teten ingin fesyen berkelanjutan kian dikenal masyarakat

Baca juga: Eiger mulai fokus kembangkan produk "sustainable"

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021