"Karena memang gerhana bulan berada pada posisi dekat dengan bumi, pengaruh gravitasi bulan bisa menyebabkan kenaikan air laut. Warga diharapkan waspada apabila gerhana bulan total ini terjadi bersamaan waktu air pasang," ujar Edward di Manado.
Gerhana bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.
Posisi matahari, bumi, dan bulan ini dapat diprediksi sebelumnya.
Baca juga: Pasifik bersiap untuk pertunjukan angkasa "super blood moon"
Baca juga: BMKG: Banjarnegara diprakirakan hujan di lokasi pengamatan gerhana
Gerhana bulan total terjadi saat posisi matahari-bumi-bulan sejajar, menyebabkan bulan masuk ke umbra bumi, akibatnya saat fase totalitas gerhana terjadi, bulan akan terlihat kemerahan, katanya.
"Salah satu tupoksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah adalah memberikan informasi dan pelayanan tanda waktu, termasuk di dalamnya adalah informasi gerhana bulan dan matahari," sebutnya.
Edward menambahkan dengan membandingkan jarak bumi-bulan dan kejadian gerhana bulan total 26 Mei 2021 dapat diketahui bahwa waktu puncak gerhana ini terjadi hanya 9 jam 28 menit sejak bulan berada di perige (dekat bumi).
Karena itu, gerhana ini dapat disebut sebagai gerhana bulan total perige atau dikenal pula sebagai Super Blood Moon, mengingat saat fase totalitas bulan akan terlihat kemerahan.
Gerhana bulan total sebelumnya yang teramati di Indonesia terjadi pada 31 Januari 2018, sementara peristiwa serupa dapat diamati lagi di Indonesia pada 8 Oktober 2033.
Gerhana ini dimulai pada pukul 17:44 Wita dan akan mencapai puncaknya pada 19:18 Wita, serta berakhir pada pukul 21:51 Wita.*
Baca juga: Peneliti: Gerhana bulan total bisa diamati 2,5 tahun sekali
Baca juga: Sejumlah hal menarik tentang gerhana bulan total
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021