Penyerahan beasiswa itu berlangsung secara simbolik di rumah kediaman llmarhum Ridwan Salamun di Desa Batumerah, Ambon, Rabu malam oleh utusan MNC yang diterima keluarga korban.
"Dzaki adalah anak kami juga. Kami akan membesarkan Dzaki sampai dewasa, hingga lulus kuliah," kata Boy Tjakraningrat, Staf Grup MNC dari SUN TV saat memberikan bantuan secara simbolik berupa beasiswa pendidikan disertai uang tunai dan bingkisan yang diterima istri almarhum Ridwan, Saodah Toisuta.
Beasiswa pendidikan untuk Muhammad Dzaki itu akan diterimanya sejak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak hingga lulus kuliah yang akan disalurkan melalui Program Jalinan Kasih RCTI.
Boy Tjakraningrat mengatakan, beasiswa tersebut merupakan wujud rasa terimakasih perusahaan atas jasa-jasa Almarhum Ridwan.
Sedangkan bantuan uang tunai selain berasal Perusahan juga merupakan sumbangan para staf dan karyawan Grup MNC yang jumlahnya berkisar Rp50-an juta.
"Santunan berupa dana tunai tidak sebanding nyawa almarhum. Namun ini semua sumbangan dari perusahaan dan juga pribadi teman-teman sejawat," katanya.
Dia mengatakan, Almarhum Ridwan dipandang sebagai jurnalis yang baik, handal, selalu berada di garis depan dalam setiap liputan dan tercepat.
Pihaknya, menurut Boy, telah berkomitmen mengawal kasus itu hingga tuntas, mulai dari proses penyidikan, pemeriksaan, penetapan tersangka sampai persidangan.
"Seluruh organisasi elemen jurnalis di pusat maupun daerah sudah berkomitmen untuk mengawal proses hukum ini sampai tuntas," katanya.
Sementara Ahmad Alhafiz, Staf Grup MNC dari TPI mengatakan, meninggalnya Ridwan merupakan pukulan bagi pers, sekaligus menjadi refleksi bagi upaya perlindungan terhadap jurnalis.
"Kami diskusi di mana-dimana soal bagaimana perlindungan terhadap para jurnalis. Apalagi di daerah konflik. Bagaimanapun nyawa adalah segalanya sehingga kita harus melindungi tugas-tugas jurnalis," kata Ahmad Alhafiz.
Ridwan Salamun terbunuh ketika sedang melakukan peliputan terhadap dua kelompok pemuda yang bertikai Sabtu (21/8) pagi sekitar Pukul 08.30 Wit, masing-masing berasal dari kompleks Banda Ali dan Dusun Mangun, Desa Fiditan, Tual.
Ridwan sendiri merupakan warga yang tinggal di Kompleks Banda Eli.
Saat sedang mengambil gambar di tengah-tengah perkelahian warga, beberapa orang dari salah satu kelompok pemuda tiba-tiba menyerangnya dengan parang.
Ridwan meninggal akibat luka bacok di beberapa tempat di tubuhnya, antara lain dua luka menganga lebar di punggung dan kepala, pelipis, dahi dan mulut masing-masing satu bacokan.
Pertikaian dua kelompok pemuda itu bermula ketika seorang warga dari Dusun Mangun mengendarai sepeda motor yang menimbulkan suara sangat bising di Kompleks Banda Eli pada Jumat (20/8) malam. Padahal saat itu warga di dearah itu sedang menjalankan sholat Tarawih.
Pemuda tersebut kemudian ditegur oleh warga kompleks Banda Eli karena suara kenalpot sepeda motornya menggangu mereka yang sedang beribadah.
Tak terima dengan teguran tersebut pemuda yang mengendarai motor itu pergi ke daerahnya, Dusun Mangun dan terjadilah pertikaian itu. Disusul pertikaian selanjutnya pada Sabtu pagi.(*)
(T.KR-RMY/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010