Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Gama AF Isnaeni, di Bintan, Jumat, mengatakan, berdasarkan keterangan tim keamanan di Hotel Bhadra, 40 orang pencari suaka itu masih berhubungan dengan pencari suaka lainnya sehingga potensial membentuk klaster dengan jumlah pasien COVID-19 terbanyak di Kepri.
Pencari suaka yang tertular COVID-19 tersebut sulit diatur. Jumlah petugas keamanan yang mengawasi mereka sangat terbatas, sehingga tidak mampu mengarahkan pencari suaka yang tertular COVID-19 untuk melakukan isolasi di rumah-rumah yang tersedia di Hotel Bhadra.
"Ketika pencari suaka itu berkumpul, itu menjadi kekuatan besar sehingga sulit diatur. Padahal ini untuk kepentingan mereka juga agar cepat sembuh, dan tidak menularkan virus itu kepada teman-temannya," ujarnya.
Baca juga: Tidak ada pengungsi di Indonesia yang terinfeksi COVID-19
Baca juga: Sekjen PMI edukasi pengungsi Rohingya terapkan protokol kesehatan
Gama menjelaskan, awalnya, pada pekan lalu, seorang pencari suaka terdeteksi tertular COVID-19. Kemudian petugas kesehatan melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang kontak dengan pencari suaka tersebut, dan hasilnya, 15 orang pencari suaka lainnya tertular.
Penelusuran dilakukan kembali secara intensif semalam, dan hasilnya sebanyak 24 orang pencari suaka lainnya tertular COVID-19.
"Kalau tidak terkendali, potensial seluruh yang kontak erat dengan pencari suaka yang positif COVID-19 tersebut, tertular," ucapnya.
Gama menuturkan seluruh pencari suaka yang tertular COVID-19 tidak memiliki gejala. Mereka dalam kondisi sehat, dan beraktivitas seperti biasa.
Namun sejak tiga hari lalu mereka dilarang ke luar hotel. "Kami sudah melayangkan surat kepada IOM untuk menyediakan makanan untuk mereka sehingga tidak perlu ke luar hotel," katanya.
Baca juga: 16 orang pencari suaka di Bintan Kepri tertular COVID-19
Baca juga: Polda Aceh tingkatkan patroli pantau kedatangan imigran Rohingya
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021