Produk-produknya banyak dikirim ke luar negeri, dengan konsumen diantaranya dari Jerman, Yunani, Singapura, dan Australia.
Menjadi pengusaha adalah keinginan yang telah dipendam oleh Violeta dan Fejri sejak lama. Melihat banyaknya pengrajin yang kehilangan pekerjaan sejak tragedi Bom Bali, Violetta dan Fejri tergerak untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan, pindah ke Bali dan memulai perjalanan membangun usaha yang dapat memberdayakan pengrajin di komunitas sekitar. Dimulai dari mempelajari teknis desain secara otodidak, serta mempelajari tipe tas, teknik menjahit, dan material yang bagus, Violetta dan suami akhirnya melahirkan Vona dengan bantuan para pengrajin di Bali tahun 2013.
Baca juga: UMKM produsen mainan binaan BSN tembus pasar ekspor
Vona menjual produk berbahan dasar kulit seperti tas, sepatu, dan dompet untuk pria dan wanita berkualitas premium. Nama jenama ini diambil dari "Von" dalam bahasa Islandia yang artinya "harapan", menggambarkan keinginan menggapai sukses di masa depan. Kini mereka mempekerjakan 30 karyawan untuk proses produksi dan bergabung dengan lokapasar demi memperluas jangkauan konsumen.
“Ketika kita membangun sebuah bisnis, kita harus mampu membaca situasi dan memahami permintaan pasar. Awal mulanya, saya membangun Vona dengan mode bisnis berdasarkan preferensi saya sendiri. Tapi saya menyadari bahwa tidak semua hal yang saya sukai sejalan dengan permintaan konsumen. Setelah melalui proses trial and error, dan memahami keinginan pasar, kini kami bangga dapat memberikan produk yang dibutuhkan dan dicari oleh konsumen," kata Fejri dalam siaran resmi, Sabtu.
Saat ini Vona mampu mencapai rata-rata 200-300 penjualan per hari di lokapasar Lazada, bahkan bisa mencapai ribuan penjualan di saat ada promosi.
Perjalanan bisnis tidak selalu berjalan mulus. Saat awal menjalani bisnisnya, mereka kerap menerima kritik dari para konsumen baik dari sisi desain maupun harga. Namun, kritik tersebut tidak membuatnya patah semangat, tetapi justru menjadi pendorong untuk membuktikan ke konsumen bahwa produk lokal sudah siap bersaing dengan produk luar negeri.
“Berdasarkan pengalaman saya selama delapan tahun menjalani bisnis ini, saya belajar untuk menciptakan produk yang simpel namun timeless dan berbahan dasar premium. Sehingga produk yang kami tawarkan tidak hanya menarik, namun dapat digunakan oleh konsumen dengan rentang umur yang lebih luas,” tambah Violetta.
Selama menjalankan bisnis, mereka merasa terbantu dengan kehadiran lokapasar karena memperluas jangkauan konsumen, juga membuka peluang usaha untuk reseller yang membuat produk mereka tersebuar di pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Baca juga: Omzet empat produk UMKM di NTB Mall tembus Rp150 juta per bulan
Baca juga: Transformasi digital solusi meningkatkan pertumbuhan UMKM
Baca juga: Shipper tingkatkan layanan logistik dukung Bangga Buatan Indonesia
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021