Walaupun tingkat elektabilitas dirinya terpantau naik lewat hasil sejumlah lembaga survei, seperti survei yang dilakukan oleh Y-Publica pada pekan ini dengan hasil elektabilitas Ridwan Kamil naik tajam bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Elektabilitas Ganjar Pranowo pada survei kali ini melampaui Prabowo Subianto yang selama ini unggul di puncak elektabilitas.
Sementara elektabilitas Prabowo sebesar 16,7 persen dan dibayangi oleh Ridwan Kamil sebesar 15,9 persen.
Ridwan Kamil, Sabtu, di Bandung, mengatakan pihaknya memegang dua filosofi politik dalam memimpin, pertama politik akal sehat dan tahu diri.
Baca juga: Survei: Elektabilitas Ganjar Pranowo capai 20,2 persen
Baca juga: Hasil survei tempatkan 4 Menteri dengan elektabilitas tertinggi
Baca juga: Kinerja Menteri Erick Thohir peringkat ketiga survei Puspoll Indonesia
Menurutnya tingkat elektabilitas dan popularitas dirinya yang dilansir lembaga survei bisa diperhitungkan oleh partai politik atau tidak sama sekali.
“Jadi saya tahu diri. Saya ini belum berpartai, saya tidak tahu apakah dengan hasil survei untuk 2024 apakah akan dilamar atau akan diajak partai politik, saya tidak tahu. Kalau batinnya terbuka 'bismillah', kalau tidak terbuka ya tidak masalah,” kata dia.
Ia menilai dalam bursa Pilpres 2024 yang ada saat ini, para tokoh yang berkpirah dan memiliki "news value" (nilai berita) hari ini berpotensi menaikkan elektoral.
“Siapa yang punya 'news value'? Ya orang-orang yang sedang mengambil keputusan saat ini, menteri, gubernur,” katanya.
Dia mengaku sejauh ini hasil elektabilitas lembaga survei lebih banyak dijadikan bahan evaluasi kinerja.
Berbeda dengan calon lain yang ditopang dengan branding dan buzzer, Ridwan Kamil memastikan dirinya belum memakai strategi buzzer termasuk membentuk tim khusus.
Menurutnya karena belum berpartai, sejatinya elektabilitas dan popularitas yang terekam oleh lembaga survei murni hasil kerja pribadinya.
“Apa yang saya kerjakan, dan saya beritakan sendiri berpengaruh pada elektoral. Hasil Drone Emprit, kegiatan saya itu sumber viralnya saya sendiri, kalau teman-teman yang lain, ada amplikasi dari buzzer terkait viral-nya,” tuturnya.
Sebagai kepala daerah di provinsi yang memiliki suara 33 juta, dirinya cukup intens berkomunikasi dengan sejumlah petinggi partai mulai dari Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto hingga Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
“Itu sopan satun politik, semua partai saya datangi, tidak harus dalam rangka politik, karena bagi saya lebih baik banyak teman,” katanya.
Walaupun demikian, keputusan dirinya terkait kontestasi akan ditolong oleh keputusan politik terakhir, terutama kebijakan Pilkada Serentak pada 2024.
Menurutnya dengan Pilgub Jabar digelar November 2024, jika Pilpres April 2024 maka dirinya jika dilamar bisa berlaga di Pilpres.
Kalau pun kalah masih ada kesempatan untuk melanjutkan menjadi Gubernur Jawa Barat dua periode.
“Kalau kalah saya masih ada pilihan, walaupun belum tentu saya maju untuk lanjut dua periode,” kata Kang Emil.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021