Kereta bawah tanah pertama di Indonesia, Moda Raya Terpadu (MRT) yang dioperasikan oleh PT MRT Jakarta kini telah memasuki pembangunan lanjutan Fase 2A.Sistem transportasi yang semakin modern dan terintegrasi juga diharapkan memicu para milenial untuk bangga menggunakan kendaraan umum, sehingga penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta dapat menurun
Jika melintasi Jalan MH. Thamrin dari arah Harmoni menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI), masyarakat tentunya dapat menyadari sejumlah rekayasa lalu lintas, seperti penggunaan jalur TransJakarta untuk kendaraan pribadi, telah diatur oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta, seiring dengan pekerjaan konstruksi yang tengah berlangsung.
Dari luar "barrier" pembatas area proyek, sejumlah alat berat, seperti "crane" hingga pipa besar berwarna biru atau disebut dengan silo terlihat menandakan bahwa pekerjaan konstruksi CP 201 terus dikejar.
Paket kontrak CP 201 merupakan satu dari tiga pekerjaan konstruksi Fase 2A, yang mencakup pembangunan Stasiun Thamrin dan Monas sepanjang 2,7 kilometer. Paket ini dikerjakan oleh kontraktor Shimizu dan Adhi Karya Join Venture (JV).
Berbeda dengan Fase 1 yang memiliki stasiun bawah tanah (underground) dan stasiun di atas permukaan (elevated), pembangunan stasiun pada Fase 2 selurunhnya dilakukan di bawah tanah.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar mengakui pembangunan Fase 2 lebih menantang ketimbang Fase 2, salah satunya karena perbedaan struktur tanah di kawasan utara Jakarta yang lebih lembek.
Karena itu, MRT Jakarta telah memperhitungkan sejumlah kendala sehingga tidak terjadi penurunan muka tanah.
Saat ini, pekerjaan konstruksi sipil untuk kedua stasiun di paket kontrak CP 201, yakni Thamrin dan Monas telah mencapai 16,5 persen. Proyek ini pun berjalan sesuai rencana (on the right track) dan ditargetkan mencapai 23 persen pada akhir tahun 2021 ini.
William pun optimistis kereta Ratangga dapat mengangkut penumpang dari Lebak Bulus menuju Stasiun Monas pada tahun 2025.
"Kita rencana beroperasi segmen 1 dari Bundaran HI sampai Monas itu di bulan Maret 2025," kata William.
Baca juga: Pembangunan Stasiun MRT Thamrin-Monas capai 16 persen
Baca juga: Sambut Lebaran, MRT Jakarta kembali lakukan vaksinasi seluruh petugas Stasiun Thamrin
Dilihat dari area proyek Stasiun Thamrin, pekerjaan konstruksi saat ini sudah meliputi pembuatan dinding penahan (diaphragm wall/d wall) dan pengerjaan "guide wall".
Sejumlah pekerja pun masih disibukkan dengan pembesian untuk pembuatan dinding penahan, sementara konstruksi atau penggalian bawah tanah (underground) baru akan dimulai pada tahun depan.
Area konstruksi Stasiun Thamrin sepanjang 440 meter tersebut mencakup median jalan di depan Hotel Sari Pacific hingga median jalan depan Kementerian ESDM.
Stasiun Thamrin dirancang lebih panjang ketimbang Stasiun Monas dengan dua struktur bangunan dua lantai di bawah tanah. Nantinya, stasiun tersebut akan menjadi stasiun paling ramai dan terbesar yang berfungsi sebagai titik transit penumpang.
Stasiun Thamrin akan menjadi titik temu dari kedua jalur MRT, yakni utara-selatan yang menghubungkan Lebak Bulus-Ancol Barat, serta jalur timur-barat yang menghubungkan Kalideres-Ujung Menteng.
Karena itu, Stasiun MRT Thamrin dirancang memiliki sebanyak 10 pintu masuk/keluar (entrance) sebagai akses penumpang dan terintegrasi dengan kendaraan umum lainnya, seperti halte TransJakarta.
Diperkirakan ada 150 ribu orang berinteraksi di Stasiun Thamrin jika nantinya jalur utara-selatan dan timur-barat selesai pengerjaannya.
Adapun pengerjaan di Stasiun Thamrin diakui akan memakan waktu lebih lama daripada Stasiun Monas. Hal itu karena pekerjaan konstruksi dilakukan di median Jalan MH. Thamrin, jalan protokol utama menuju sejumlah kawasan vital Negara, seperti Monas, gedung kementerian di Jalan Merdeka Barat, hingga Istana Negara.
Karena itu, lalu lintas di area tersebut tidak boleh terganggu, termasuk penutupan jalan. Akibatnya, lebar area proyek Stasiun Thamrin menjadi terbatas.
Baca juga: MRT Fase 2 permudah akses menuju kawasan wisata
Baca juga: Sentuhan nilai sejarah dalam pembangunan lanjutan MRT Jakarta Stasiun Monas
Berbeda dengan Stasiun Thamrin yang berada di median Jalan MH. Thamrin, pekerjaan konstruksi di Stasiun Monas tidak terlalu menemukan kendala yang berarti.
Hal itu karena pengerjaan stasiun dilakukan di dalam kawasan Monas itu sendiri, tepatnya di sisi Jalan Silang Merdeka Daya Barat seluas 28 ribu meter persegi.
Aktivitas di dalam proyek pun terlihat lebih masif dilihat dari belasan alat berat yang beroperasi hingga pekerja dan kendaraan roda besar yang lalu lalang di Stasiun Monas.
Saat ini, pembangunan Stasiun Monas telah masuk ke tahap pembangunan pos polisi baru yang direlokasi dari Jalan Medan Merdeka Barat ke Jalan Medan Merdeka Selatan, penggalian TBM Shaft atau tempat peluncuran mesin bor bawah tanah, serta penggalian untuk RSS (receiving sub station) atau gardu listrik untuk MRT.
Panjang Stasiun Monas memang lebih pendek dari Stasiun Thamrin, yakni sekitar 280 meter. Hal itu karena letaknya yang berada di kawasan objek vital negara, sehingga akses masuk pun dibatasi hanya ada dua pintu masuk/keluar penumpang (entrance) karena mempertimbangkan keamanan.
Kedua entrance Stasiun Monas terletak di seberang Patung Kuda dan Jalan Merdeka Selatan, serta di samping Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat.
Jika Stasiun Thamrin berperan sebagai titik transit, Stasiun Monas akan mempermudah penumpang maupun wisatawan menuju Tugu Monas.
Berdasarkan "maket desain" stasiun, pintu masuk/keluar Stasiun MRT Monas memiliki jalan landai yang akan memudahkan penumpang menuju Tugu Monas.
Mengingat Tugu Monas yang menjadi ikon dan destinasi pariwisata ibu kota, MRT Jakarta berinisiatif membangun pusat informasi (visitor center) di dekat entrance stasiun.
Tidak hanya sebagai tempat edukasi terkait perkembangan pembangunan MRT, masyarakat dapat berkunjung ke "visitor center" untuk menyaksikan ragam artefak yang ditemukan selama proses ekskavasi atau penggalian benda bersejarah sebelum dimulainya konstruksi MRT Fase 2A.
Sekitar 25 objek diduga cagar budaya tersebut saat ini sudah dipajang dalam sebuah meja etalase di ruang galeri "visitor center" yang telah dibangun oleh PT MRT Jakarta Perseroda.
Sebelum dipamerkan ke publik, MRT Jakarta masih menunggu kebijakan dari Kawasan Monumen Nasional yang saat ini masih ditutup untuk masyarakat umum sejak pandemi COVID-19 melanda.
Tentunya, pameran artefak tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penumpang maupun wisatawan yang berhenti maupun berangkat dari Stasiun Monas.
MRT Jakarta berharap selesainya pembangunan kedua stasiun segmen 1 Fase 2A tidak hanya mempermudah mobilitas penduduknya, tetapi juga memberikan kesan berbeda bagi penumpang karena jalur tersebut dilalui bangunan cagar budaya bernilai historis tinggi.
Bagi sebagian warga Jakarta, MRT bukan sekadar transportasi, namun juga kebanggaan akan kemajuan transportasi angkutan massal di ibu kota, layaknya negara-negara maju.
Sistem transportasi yang semakin modern dan terintegrasi juga diharapkan memicu para milenial untuk bangga menggunakan kendaraan umum, sehingga penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta dapat menurun.
Baca juga: Imbas pembangunan stasiun MRT, Menara Jam Thamrin direlokasi Juli
Baca juga: Stasiun MRT Thamrin akan jadi titik transit penumpang
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021