Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 sebesar 4,5 - 5,3 persen dan tahun depan 5,2 - 5,8 persen.Rentang angka proyeksi tersebut juga secara realistis mencerminkan risiko ketidakpastian yang masih tinggi. Optimisme pemerintah juga didasarkan pada tren pemulihan ekonomi yang semakin kuat
“Pemerintah selalu mempertimbangkan berbagai faktor secara komprehensif termasuk dinamika aktivitas ekonomi yang terus berkembang baik domestik maupun global,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Senin.
Sri Mulyani menyatakan pemerintah memandang rentang angka outlook pertumbuhan ekonomi tersebut telah mencerminkan optimisme arah pemulihan dan potensi akselerasi pertumbuhan ekonomi dari reformasi struktural.
“Rentang angka proyeksi tersebut juga secara realistis mencerminkan risiko ketidakpastian yang masih tinggi. Optimisme pemerintah juga didasarkan pada tren pemulihan ekonomi yang semakin kuat,” katanya.
Sri Mulyani menyebutkan berbagai indikator utama terus mengalami peningkatan seperti indeks keyakinan konsumen sudah pada level optimis yakni di atas 100, indeks penjualan ritel terus meningkat, dan PMI manufaktur terus mencatat ekspansi dalam enam bulan berturut-turut.
Baca juga: Sri Mulyani: Tanpa kesehatan, sulit ciptakan ekonomi berkelanjutan
Selain itu konsumsi listrik industri dan bisnis juga terus membaik dan telah tumbuh positif serta perkembangan kasus COVID-19 pasca-Idul Fitri menunjukkan angka kasus harian yang cukup terkendali.
Ia menyatakan proyeksi pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi sudah sejalan dengan asesmen yang dilakukan oleh berbagai lembaga internasional, seperti Bank Dunia, OECD, ADB, IMF dan Consensus Forecasts.
Asesmen dari berbagai lembaga terhadap ekonomi nasional masih bervariasi dalam rentang 4,3 persen sampai 4,9 persen untuk prospek pertumbuhan ekonomi 2021 dan 5 - 5,8 persen untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi 2022.
“Variasi asesmen dalam rentang yang masih tinggi menunjukkan masih tingginya risiko ketidakpastian,” ujar Menkeu Sri Mulyani.
Oleh sebab itu pemerintah tetap mengantisipasi potensi risiko yang akan terjadi seiring pemulihan ekonomi domestik dan global, termasuk yang bersumber dari lingkungan eksternal.
Baca juga: Sri Mulyani perkirakan ekonomi RI tumbuh 7,1-8,3 persen di kuartal II
Tak hanya itu ia menegaskan pemerintah juga akan mengantisipasi keberlanjutan rebalancing economy China yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga komoditas dan memberi dampak negatif pada Indonesia.
Kemudian untuk berbagai permasalahan global seperti proteksionisme, tensi geopolitik, dan perubahan iklim, juga akan terus diwaspadai.
“Pemerintah sependapat risiko-risiko ini harus dimitigasi dengan berbagai langkah kebijakan yang antisipatif,” kata Sri Mulyani.
Ia menjelaskan langkah utama mengantisipasi risiko global dalam jangka pendek adalah memastikan penanganan pandemi dan pelaksanaan vaksinasi berjalan efektif serta pemulihan ekonomi dapat berlangsung cepat.
Reformasi struktural juga harus berhasil agar kepercayaan investor terhadap Indonesia dapat dijaga yaitu salah satunya dengan membangun ekonomi yang lebih bernilai tambah serta mendorong diversifikasi ekspor baik dari komoditas maupun mitra dagang.
Sri Mulyani pun berharap momentum pemulihan ekonomi akan berlanjut pada 2022 dan upaya penanganan pandemi serta vaksinasi massal dapat mengendalikan laju penambahan kasus positif COVID-19.
Baca juga: Ekonomi kawasan APEC diperkirakan tumbuh 6,3 persen tahun ini
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021