“Tanda awal gejala yang terlihat itu anak- anak mengalami pucat, lalu dia merasa mudah lelah dan aktivitasnya berkurang. Itu harus diperhatikan, dengan gejala awal itu segera bawa anak ke fasilitas kesehatan pertama dulu yaitu puskesmas untuk melihat kondisinya lebih dalam,” kata dr Bambang Sudarmanto Sp.A(K), MARS dari RSUP Kariadi Semarang dalam konferensi pers daring, Senin.
Baca juga: Penderita thalassemia masih bisa olahraga ringan
Jika dirujuk ke puskesmas, maka puskesmas akan mengambil sampel hemoglobin (HB) hingga mengukur volume dari sel darah merah yang dimiliki anak.
Jika jumlah hemoglobin kurang, atau jika volume sel darah merahnya berbeda orang normal maka kemungkinan besar anak akan mendapatkan rujukan lebih lanjut ke rumah sakit atau spesialis Onkologi- Hematologi.
“Dalam pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh dokter, tanda yang sudah pasti bahwa anak mengalami thalassemia adalah bentuk gambar dal sel darah merah mengalami pecah- pecah yang artinya terjadi hemolisis atau kerusakan pada sel darah merah,” kata Bambang.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Hematologi - Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu pun menyampaikan tanda- tanda dari gejala thalassemia sudah dapat dilihat pada bayi berusia enam bulan.
Baca juga: Keluarga penyandang thalassemia perlu antisipasi dampak psikologis
Meski demikian bukan berarti gejala pucat adalah tanda kepastian anak mengalami thalassemia.
“Pucat itu bisa juga anak terkena anemia yang artinya dia kekurangan zat besi. Jadi jika didapati hasil anak kekurangan zat besi dari pemeriksaan bisa jadi anak itu justru mengalami anemia. Jika sudah terpenuhi zat besinya, maka anak harus kembali dites untuk memastikan apakah sudah dalam keadaan normal atau benar ternyata mengalami thalassemia,” ujar Bambang.
Thalassemia merupakan kelainan pada darah yang diturunkan karena tidak terbentuknya atau berkurangnya salah satu rantai globin baik itu alfa ataupun beta yang merupakan komponen dari hemoglobin.
Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang penting untuk kelangsungan hidup karena turut bertugas mengedarkan oksigen di dalam tubuh manusia.
Jika terdapat gangguan pada hemoglobin, maka sel darah merah dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik dan tentu berdampak buruk pada orang yang mengalaminya.
Saat ini thalassemia dapat diobati dengan cara transfusi darah, rutin mengonsumsi kelasi zat besi, hingga yang paling berisiko melakukan operasi pada sumsum tulang belakang.
Baca juga: Cegah thalassemia lewat deteksi dini di keluarga "ring satu"
Baca juga: Benarkah penyintas thalassemia butuh transfusi darah seumur hidup?
Baca juga: Negara Asia Tenggara berbagi pengalaman atasi thalassemia
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021