Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Jakarta Nyarwi Ahmad memberikan analisa soal pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri soal kader sebagai petugas partai ditujukan untuk 'memagari' para kadernya, agar tidak tergoda untuk terseret dalam skenario dan agenda-agenda politik dari partai-partai lain.
Nyarwi Ahmad dalam keterangan persnya diterima di Jakarta, Senin, mengatakan pernyataan soal petugas partai tampaknya ditujukan kepada pilar-pilar, publik secara luas, dan juga elit-elit politik dari partai lain.
"Terkait dengan para elit/pimpinan partai, statement Bu Mega ini juga tampaknya dimaksudkan untuk 'memagari' para kader nya, agar tidak tergoda untuk terseret dalam skenario dan agenda-agenda politik dari partai-partai lain," kata dia.
Kemudian, katanya, terkait untuk publik, Megawati tampaknya ingin menegaskan karakter organisasi, keunikan, political branding dan positioning PDIP, sebagai partai kader yang berbasis massa, dibandingkan partai-partai lain.
Baca juga: Megawati: tak mau disebut petugas partai silakan keluar
"Apa yang dicontohkan oleh Bu Mega ini merupakan langkah taktis dan strategis, sebagai seorang pemimpin partai, dalam mengawal model kepemimpinan organisasi partai sekaligus menjadi referensi dalam praktik-praktik pemasaran politik partai," ucapnya.
Menurut dia, kalau dibaca sampai saat ini, masih jarang ditemukan hal serupa seperti yang diterapkan PDIP di partai-partai lain.
"Mungkin, hanya beberapa pimpinan parpol di negeri ini yang melakukan model-model serupa dengan apa yang dilakukan oleh Bu Mega, yaitu Pak Prabowo Subianto pimpinan Partai Gerindra dan Pak Surya Paloh, pimpinan Partai Nasdem," katanya.
PDIP menurut analisanya memiliki keunikan, karena partai itu termasuk partai kader yang mengedepankan basis ideologi partai sebagai pilar utamanya.
"Saya kira pernyataan Bu Mega tersebut ditujukan ke internal kader dan anggota PDIP, khususnya yang berasal dari tiga pilar partai," katanya.
Baca juga: Pernyataan Puan soal "petugas partai" tuai kritik
Tiga pilar itu menurut dia yakni, pertama, para kader partai yang menjadi pengurus organisasi partai, baik di level pusat hingga daerah.
Kedua, jajaran kader partai yang menduduki jabatan-jabatan eksekutif, mulai kepala/wakil kepala daerah, tak terkecuali Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, hingga yang menjabat sebagai Presiden, Jokowi.
Pilar ketiga, para elit PDIP yang menduduki jabatan publik di lembaga legislatif, mulai DPRD kota kabupaten, provinsi hingga DPR RI.
"Dalam perspektif marketing politik, ketiganya memiliki dua posisi dan peran sekaligus. Pertama, sebagai entitas pasar politik internal PDIP," ujarnya.
Kemudian, sebagai barisan marketer (pemasar) ideologis dan mesin pemasaran politik yang menjadi tumpuan PDIP dalam memasarkan dirinya sebagai partai politik di Indonesia.
Baca juga: Frasa "petugas partai" tak bermaksud merendahkan presiden
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021