Kasus-kasus positif COVID-19 bergejala atau simptomatik terus bertambah dan semakin mendominasi di Sumatera Selatan sehingga ikut memicu peningkatan keterisian tempat tidur perawatan hingga di atas 50 persen.Kita khawatir kontak erat yang tidak terlacak justru menjadi kasus positif
Data Dinkes Sumsel per 31 Mei, Selasa, mencatat kasus COVID-19 simptomatik berjumlah 17.026 orang atau mencapai 70 persen dari total 24.332 kasus positif, sedangkan 7.306 kasus lainnya berstatus tanpa gejala (asimptomatik).
Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel Yusri, Selasa, mengatakan meningkatnya kasus simptomatik karena pelacakan dan pengujian sampel lebih diutamakan pada kontak erat yang memiliki gejala COVID-19.
"Artinya ketika seseorang itu berkontak dengan kasus simptomatik dan dia juga memiliki gejala, maka sebetulnya 80 persen dia itu diyakini positif juga, begitu di tes pun ternyata benar positif COVID-19 dan dia menjadi kasus baru bergejala," ujarnya.
Pola pemilahan kontak itu juga yang membuat positvy rate di Sumsel terus naik sejak kasus pertama hingga mencapai rasio 32,3 persen saat ini.
Baca juga: Dinkes Sumsel belum deteksi kenaikan kasus COVID-19
Baca juga: Doni Monardo minta Sumsel jaga tren penurunan kasus pascalebaran
Ia mengakui sulit bagi Sumsel menekan positvy rate sesuai standar WHO hingga 5 persen jika harus tetap mengacu pada regulasi Kemenkes, karena sampel yang diuji masih kurang dari 1.000 orang per hari dan mayoritas sampel bergejala.
Selain itu munculnya kasus-kasus positif COVID-19 tanpa riwayat kontak di rumah sakit-sakit beberapa bulan terakhir turut memicu kasus simptomatik menjadi meningkat.
Anggota tim ahli COVID-19 bidang epidemiologi Dr. Iche Andriany Liberty mengatakan semestinya dinkes tetap melacak dan menguji kontak erat tanpa gejala untuk mengetahui seberapa jauh penularan COVID-19 itu terjadi di wilayahnya.
"Kita khawatir kontak erat yang tidak terlacak justru menjadi kasus positif dan menularkan ke orang lain, karena sekarang penularan COVID-19 lewat transmisi lokal semakin meluas," kata dia.
Pola pemilahan seperti itu juga menurutnya akan membuat Sumsel sulit mencapai standar rata-rata pelacakan yakni 15 orang per satu kasus positif, meskipun ia menilai hingga saat ini pelacakan di Sumsel memang belum optimal.
Baca juga: Di Sumsel, temuan kasus COVID-19 tanpa riwayat kontak kian banyak
Baca juga: Kasus varian dari India B1617 di Sumsel tertular dari kontak keluarga
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021