Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 13 Jawa Tengah, Zumrotul di Pekalongan, di Pekalongan, Rabu, mengatakan muculnya klaster tersebut diawali adanya seorang tenaga pendidik yang diidentifikasi positif COVID-19.
"Akan tetapi, yang bersangkutan tidak memberikan laporan pada sekolah maupun kepala cabang jika dirinya sedang sakit. Bahkan, yang bersangkutan tetap bekerja seperti biasa dan berkumpul dengan rekan-rekanya di sekolah," katanya.
Untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, pihaknya memutuskan para guru maupun tenaga pendidikan melakukan bekerja dari rumah dan isolasi mandiri mulai 2 hingga 11 Juni 2021.
Baca juga: Peningkatan COVID-19 di Padang berawal dari klaster sekolah berasrama
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto mengatakan klaster SMAN 4 Pekalongan memang diawali dari adanya seorang guru yang dalam kondisi sakit namun tetap masuk bekerja.
Karena adanya gejala "anosmia" (indera penciuman tidak berfungsi), kata dia, oleh kepala sekolah setempat yang bersangkutan bersama dua guru lain yang telah kontak erat diminta melakukan tes PCR pada 25 Mei 2021.
"Hasilnya, tiga orang tersebut dinyatakan positif COVID-19. Selanjutnya dilakukan penelurusan kembali kontak erat tiga guru tersebut dengan puluhan guru lainnya dan 37 guru dan tenaga kependidikan yang terkonfirmasi COVID-19," katanya.
Saat ini, pihaknya melakukan pengembangan kembali dengan kesepakatan melakukan tes PCR karena ada sejumlah guru yang belum melakukan tes cepat COVID-19.
"Kami minta guru dan tenaga kependidikan yang positif COVID-19 yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri agar berisolasi di gedung diklat. Kami juga akan melakukan pengembangan dengan mengidentifikasi keluarga masing-masing," katanya.
Baca juga: Cegah klaster baru, simulasi PTM sekolah di Pati-Jateng dihentikan
Baca juga: Jateng waspadai klaster COVID-19 di ponpes dan sekolah
Pewarta: Kutnadi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021