"Tidak salah lagi bahwa kekhawatiran atas virus corona bisa jadi alasan dari hal tersebut," serta perdebatan penyelenggaraan, kata CEO panitia Tokyo 2020, Toshiro Muto, Nikkei melaporkan, dikutip dari Reuters, Rabu.
Namun, jumlah sukarelawan yang mundur tersebut tidak berdampak pada penyelenggaraan mengingat tidak ada penonton dari luar negeri dan pengurangan acara, Muto menambahkan.
Baca juga: Jepang mulai vaksinasi atlet Olimpiade
Para pemimpin G7 berencana untuk menegaskan kembali dukungan mereka untuk tuan rumah Jepang pada pertemuan puncak yang akan datang.
Sementara itu, penasihat medis pemerintah Jepang, Shigeru Omi, mengatakan bahwa "tidak normal mengadakan Olimpiade dalam situasi seperti ini," kepada komite parlemen, Rabu.
Jika Olimpiade akan diadakan dalam keadaan saat ini. "Maka, saya pikir itu adalah tanggung jawab penyelenggara Olimpiade untuk mengurangi skala acara dan memperkuat langkah-langkah pengendalian virus corona sebanyak mungkin," kata Omi.
Baca juga: Sebagian peserta Olimpiade masuk Jepang dengan aturan yang dipermudah
Dengan penonton dari luar negeri sudah dilarang dan keadaan darurat COVID-19 berlaku di sejumlah daerah, termasuk Tokyo, suasana menjelang pertandingan menjadi lebih tenang.
"Hanya ketika ada alasan yang jelas untuk menjadi tuan rumah Olimpiade, publik akan ikut serta... sangat penting bagi mereka yang terlibat dalam Olimpiade untuk mengklarifikasi visi mereka dan alasan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade," Omi menambahkan.
Ribuan atlet, ofisial, dan media akan turun ke Jepang, di mana pekan lalu keadaan darurat di Tokyo dan daerah lain diperpanjang hingga 20 Juni.
Sementara, hanya 2,7 persen orang Jepang yang telah menyelesaikan inokulasi, menurut survei Reuters, meskipun laju infeksi varian baru virus telah melambat.
Baca juga: Jepang pertimbangkan kewajiban penonton tunjukkan tes negatif COVID-19
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021