Obat Malaria Baru Dalam Satu-Dosis Ditemukan

3 September 2010 18:25 WIB
Washington (ANTARA News/AFP) - Para periset menemukan obat malaria baru yang menjanjikan, berpotensi mengatasi sifat resistensi penyakit mematikan dalam satu-dosis, menurut studi terbitan jurnal Sains, Kamis.

Obat itu mungkin siap menjalani ujicoba klinis paling cepat akhir tahun ini dan nampaknya lebih ampuh daripada obat yang saat ini digunakan, kata para periset.

"Kami sangat tertarik oleh senyawa barunya," kata pengarang studi tersebut, Elizabeth Winzeler, profesor di Scripps Research Institute dan anggota Genomics Institute of the Novartis Research Foundation.

"Obat itu memiliki banyak fitur bagus sebagai calon obat, termasuk profil keamanan efektif dan potensi penyembuhan dengan satu dosis secara oral."

Metode pengobatan terkini mengharuskan pasien minum obat antara satu hingga empat kali sehari selama tiga hingga tujuh hari. Melalui pengurangan pengobatan hingga hanya dengan satu dosis memperkecil kesempatan parasit mengembangkan resistensi terhadap obat, kata para periset.

Kurang lebih terdapat 247 juta kasus malaria pada 2008 yang menyebabkan sekitar satu juta kematian, terutama diantara anak-anak di Afrika, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Malaria ditularkan ketika orang digigit nyamuk yang terinfeksi parasit yang disebut Plasmodium.

Parasit itu menyebabkan panas dan muntah dan dapat dengan cepat mengancam jiwa dengan mengganggu pasokan darah ke organ vital.

Parasit mengembangkan resistensi terhadap sejumlah obat malaria di banyak tempat di dunia dan telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa sejak obat malaria jenis baru mulai digunakan secara luas.

"Malaria tetap menjadi momok," kata Mark Fishman, presiden Novartis Institutes for BioMedical Reseach.

"Parasit tersebut telah mempertontonkan kemampuan yang membuat frustrasi dengan mengelabuhi obat-obatan baru, dari kina sampai toleransi yang kian mengganggu kini terhadap turunan artemisinin," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Kami senang bahwa para ilmuwan kami mampu memberikan terapi malaria baru potensial ini, didasarkan pada struktur kimia yang belum pernah ada dan diarahkan pada sasaran baru dan berbeda."

Obat tersebut diujikan pada tikus-tikus yang terinfeksi jenis malaria yang bisa membunuh mereka dalam waktu satu minggu.

Satu dosis besar obat itu menyembuhkan kelima tikus yang terinfeksi itu. Tiga dari enam tikus penerima dosis lebih sedikit disembuhkan dan tingkat kesembuhan naik menjadi 90 persen ketika tikus itu diberi tiga dosis jumlah-kecil tadi.

Pengembangan obat malaria baru itu sedikit memiliki insentif ekonomis karena penyakit itu terutama menghantam negara-negara termiskin di dunia.

Senyawa, dengan sebutan NITD609, dikembangkan melalui kemitraan yang melibatkan raksasa farmasi Novartis, sejumlah organisasi nirlaba, badan pemerintah AS dan Singapura dan para periset di berbagai universitas di Amerika Serikat, Swiss, Thailand, dan Inggris Raya.

Obat itu ditemukan melalui pemindaian 12.000 produk alami dan senyawa sintetis dari perpustakaan Novartis untuk mendapatkan senyawa aktif melawan kebanyakan parasit malaria paling mematikan.

Pemindaian pertama menghasilkan 275 senyawa dan kemudian dari daftar itu dipersempit menjadi 17 calon potensial.

"Dari awal, NITD609 menonjol karena dia kelihatannya berbeda, dalam hal struktur dan kimiawinya, dari semua obat antimalaria yang digunakan sekarang," kata Winzeler dalam sebuah pernyataan.

"Obat malaria baru yang ideal bukan hanya merupakan modifikasi dari obat-obatan yang ada, tetapi yang memiliki fitur dan mekanisme aksi baru serta berbeda secara keseluruhan. NITD609 memilikinya."

Berbagai studi lebih jauh terhadap binatang sedang berjalan dan para periset sedang dalam proses mendapatkan persetujuan bagi percobaan tahap-awal pada manusia. (K004/R009/TERJ)

Penerjemah:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010