• Beranda
  • Berita
  • AstraZeneca-Oxford telah edarkan 400 juta dosis vaksin ke 165 negara

AstraZeneca-Oxford telah edarkan 400 juta dosis vaksin ke 165 negara

3 Juni 2021 17:12 WIB
AstraZeneca-Oxford telah edarkan 400 juta dosis vaksin ke 165 negara
Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri, dalam Dialog Produktif Kabar Kamis Siang bertajuk "Hindari Hoax Seputar Vaksinasi", Kamis (3/6/2021). ANTARA/Andi Firdaus.

menggandeng industri farmasi yang mempunyai pengalaman besar

Perusahaan farmasi global, AstraZeneca bekerja sama dengan Oxford University telah mengedarkan total 400 juta lebih dosis vaksin COVID-19 menuju 165 negara di dunia melalui layanan Covax Facility.

"Karena kita sudah menandatangani dan sepakat dengan pihak Oxford untuk melakukan itu, maka hari ini sudah lebih dari 400 juta dosis di dunia ini yang sudah diproduksi dan diedarkan ke 165 negara per hari ini," kata Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri, dalam Dialog Produktif Kabar Kamis Siang bertajuk "Hindari Hoax Seputar Vaksinasi" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Rizman mengatakan perusahaan AstraZeneca juga berkewajiban untuk mengikuti perkembangan dari sisi keamanan maupun efikasi vaksin yang beredar dan yang telah disuntikan kepada para penerima manfaat.

Salah satu upaya mempercepat peredaran vaksin dilakukan AstraZeneca melalui kerja sama dengan Covax Facility sebagai penyedia jasa distribusi vaksin ke seluruh dunia.

Baca juga: AstraZeneca: Indonesia tidak main-main beri izin edar vaksin

Baca juga: Yogyakarta sudah terima 5.000 dosis vaksin AstraZeneca


"Dengan Covax Facility, maka termasuk di Indonesia kita juga sudah menerima vaksin AstraZeneca kemarin di bulan Maret 2021," ujarnya.

Rizman mengatakan AstraZeneca sebagai perusahaan farmasi global yang berbasis di Inggris dan Swedia sudah di Indonesia sejak 1971 atau 50 tahun yang lalu.

AstraZeneca selama ini sudah banyak mengedarkan obat-obatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia yang meliputi kriteria pengobatan kanker, kardiovaskular dan metabolik serta respiratory dan obat-obatan imunologi.

"Jadi pada saat pandemi ini berlangsung, kami ada diskusi dengan Oxford University untuk melakukan kerja sama karena Oxford sebagai sebagai institusi penelitian. Mereka ingin menggandeng industri farmasi yang mempunyai pengalaman besar di 'skill up' baik tentang masalah uji klinis produksi maupun distribusi ke seluruh dunia," katanya.

Pada saat itu, kata Rizman, perjanjiannya adalah AstraZeneca wajib memegang prinsip nonprofit. "Jadi kita tidak mengambil keuntungan dari vaksin ini," ujarnya.

Perjanjian berikutnya, AstraZeneca diwajibkan untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin ini sebesar mungkin ke semua negara secara merata.

Baca juga: Kemenkes: AstraZeneca aman, masyarakat jangan pilih jenis vaksin

Baca juga: BPOM: Vaksin AstraZeneca bets CTMAV547 dapat digunakan kembali

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021