"Kalau kita lihat secara statistik, DKI Jakarta dan Jawa Timur banyak memberikan kontribusi terhadap angka kematian, termasuk juga tenaga kesehatannya. Jadi tidak hanya di pasiennya," ujar Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Nasional Brigjen TNI (Pur) dr Alexander Ginting di Jakarta Timur, Jumat.
Ia menyampaikan bahwa statistik itu dihasilkan dari survei yang dilakukan satgas terhadap angka kematian yang terjadi di periode Maret - September 2020.
Audit dilakukan di 10 RS rujukan dan sembilan RS non-rujukan di DKI Jakarta, serta di 14 RS rujukan dan tujuh RS non-rujukan di Jawa Timur. Angka kematian di kedua provinsi itu rata-rata 50 persen.
"Satgas bidang kesehatan perlu mengetahui kontribusi apa yang membuat angka kematian yang setiap harinya lebih kurang 140-180 jiwa," kata Alexander Ginting.
Dengan adanya survei itu, ia mengharapkan, rumah sakit (RS) rujukan COVID-19 maupun RS non-rujukan COVID-19 dapat lebih siap menghadapi pandemi.
"Artinya seluruh rumah sakit di Indonesia, dokter-dokternya dan perawatnya harus memang siap keadaan yang terburuk untuk mengatasi COVID-19 kendatipun bukan rumah sakit rujukan, tetap harus siap dalam situasi rumah sakit rujukan, karena COVID-19 itu bisa saja datang dengan penyakit lain, karena itu semua harus bersiap," ucapnya.
Anggota Subbidang Optimalisasi Fasilitas Kesehatan, Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 dr Lusi Syamsi menyampaikan berdasarkan audit mortality dengan periode penentuan sampel pada Maret hingga September 2020 itu menunjukkan pasien laki-laki lebih banyak meninggal dunia akibat COVID-19 dibandingkan pasien perempuan.
Dari segi usia, lanjut dia, pasien yang meninggal di DKI Jakarta paling banyak merupakan pasien yang berusia 60 tahun ke atas, sedangkan di Jawa Timur, rata-rata usianya 46-59 tahun.
"Jadi memang agak lebih muda di Jawa Timur untuk kasus kematian," ujarnya.
Dari sisi pekerjaan, Lusi menyampaikan di Jawa Timur didominasi oleh para karyawan, sedangkan di DKI Jakarta pengurus rumah tangga.
"Di Jawa Timur mungkin karena rata-rata memang masih muda usianya," ucapnya.
Ia juga mengatakan bahwa audit mortality itu juga berdasarkan sertifikat kematian yang ada pada rekam medis pasien.
"Rata-rata langsung datang ke IGD karena menyadari adanya gejala menyerupai COVID-19. Itu hampir semua alasan yang datang ke IGD," ujarnya.
Ia menambahkan dari seluruh pasien yang datang ke IGD, persentase pasien yang hasil tes PCR menunjukkan hasil positif COVID-19 mencapai 80 persen.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021