Simposium itu digelar bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Komunitas Pegiat Aksara Sunda, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), dan stakeholder terkait, yang implementasinya terbagi menjadi tiga rangkaian acara meliputi webinar, workshop dan focus group discussion.
Baca juga: PANDI akan dirikan Museum Aksara Nusantara
"Kegiatan Simposium perlu dilakukan untuk memasifkan kembali penggunaan aksara Nusantara ke dalam platform digital, dalam konteks ini aksara Sunda, karena dari para penuturnya lah aksara Nusantara bisa tetap eksis dan dinamis mengikuti perkembangan jaman," kata Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo, dikutip Sabtu.
"Melalui Simposium inilah kita bisa berdiskusi mengupayakan langkah-langkah konstruktif untuk menyongsong digitalisasi aksara Nusantara," kata Yudho menambahkan.
Simposium tersebut merupakan rangkaian kegiatan dari program besar PANDI bertajuk Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) yang juga didukung oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Dr. Ming-Kuok LiM, Advisor for Communication and Information UNESCO, mengatakan bahwa keanekaragaman bahasa dalam konteks aksara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keanekaragaman budaya.
"Ini memungkinkan perempuan dan laki-laki untuk mengekspresikan emosi, niat, nilai-nilai dan pemahaman dari berbagai latar belakang budaya, sosial dan latar belakang profesional. Atas dasar ini, juga penting untuk dialog, rekonsiliasi dan perdamaian," kata Ming.
Namun, lanjut Ming, UNESCO mencatat lebih dari setengah dari semua bahasa di seluruh dunia dalam bahaya dan berpotensi menghilang pada akhir abad ini. Oleh karena itu, UNESCO sangat terpacu dengan upaya PANDI dan mitra aksara untuk melestarikan dan mendigitalisasikan aksara Sunda serta membuatnya tersedia secara luas.
Baca juga: Digitalisasi aksara nusantara ikhtiar lestarikan budaya
Baca juga: Upaya PANDI lestarikan aksara nusantara melalui digitalisasi
Baca juga: Menkominfo lestarikan budaya lewat digitalisasi aksara
Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021