RI Agendakan ASEAN Bahas Bencana Pakistan

6 September 2010 23:01 WIB
RI Agendakan ASEAN Bahas Bencana Pakistan
Penduduk Pakistan berjuang untuk mendapatkan makanan yang disumbangkan oleh sebuah badan amal setempat di desa di kabupaten Dera Ghazi Karamdad Khan Qureshi Punjab provinsi (21/8). (ANTARA/REUTERS/Reinhard Krause)
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Sanaullah mengatakan pemerintah Indonesia berjanji mengangkat masalah banjir di Pakistan ke pertemuan tingkat tinggi ASEAN.

"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjanji mengangkat masalah itu ke pertemuan dengan mitranya di ASEAN setelah saya menyampaikan perkembangan bencana itu," kata Sanaullah saat wawancara dengan ANTARA di Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta, Senin.

Presiden Yudhoyono, katanya, menyampaikan rasa keprihatinannya atas tanggapan masyarakat antarbangsa, yang masih terbatas dalam memberikan bantuan terhadap korban bencana banjir itu.

Sanaullah mendapat kesempatan menyampaikan perkembangan bencana tersebut kepada Presiden Indonesia saat acara buka puasa bersama pada Jumat pekan lalu.

"Saya juga sudah menemui Menteri Luar Negeri Indonesia dan ia juga bertekad mengangkat perihal penggalangan dana di negara anggota lain di ASEAN di Hanoi pada Oktober," tambahnya.

Banyak negara memberikan sumbangan kepada Pakistan, yang menderita kerugian senilai 43 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar 408,5 triliun rupiah) akibat banjir terburuk dalam 100 tahun terakhir tersebut.

Sejauh ini, katanya, Pakistan telah menerima bantuan senilai 1,3 miliar dolar Amerika Serikat (lebih kurang 1,2 triliun rupiah).

Negara pemberi bantuan itu antara lain Turki dengan 13 juta dolar Amerika Serikat, Kuwait (10 juta dolar), Belgia (2,54 juta dolar), India (5 juta dolar), Afghanistan (1 juta dolar) dan Banglades (1 juta dolar).

Indonesia memberikan bantuan senilai 3,3 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 31 miliar rupiah), termasuk bantuan tunai dan kemanusiaan, antara lain makanan bayi dan obat.

Duta besar Sanaullah mengatakan, bantuan juga datang dari berbagai lembaga swadaya masyarakat di Indonesia.

"Kami belum menerima bantuan dari rakyat Indonesia seperti yang kami harapkan guna menggalang kesetiakawanan dengan saudara Muslim-nya," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa ia telah mencoba menggalang dana dari masyarakat bukan Muslim, karena masalah itu tidak berhubungan dengan agama, melainkan kemanusiaan.

Prioritas utama pemerintah Pakistan guna menanggulangi bencana itu adalah melakukan kampanye dan penggalangan dana secara berkala, perencanaan, dan keterbukaan penggunaan dana bantuan, kata duta besar tersebut, yang baru 10 bulan bertugas di Indonesia.

Ia juga mengatakan bahwa saat ini masih tahap penyelamatan dan pemberian bantuan berupa makanan, baju, obat serta bahan dasar lain.

Pemerintah Pakistan membuat strategi nasional terkait dengan program perbaikan dan pembangunan kembali dengan pembuatan rumah dan prasarana strategis serta bendungan air baru, katanya.

Strategi lain berupa pemberian bibit kepada petani, karena sebagian besar korban banjir tersebut adalah petani tebu, beras dan kapas, katanya.

Ia bahkan memperkirakan bahwa bencana tersebut menyebabkan 15 persen kenaikan harga kapas dunia, berhubung Pakistan merupakan penghasil kapas.

Banjir itu, yang merusak lebih dari 20 persen wilayah Pakistan, menyebabkan 95 persen prasarana rusak pada wilayah korban.

Banjir tersebut juga menyebabkan satu juta rumah rusak, 20 juta orang mengungsi, dua juta orang hilang dan sekitar 2.000 orang tewas.

Duta Besar Sanaullah mengatakan, informasi penggunaan dana tersebut dapat dilihat melalui jejaring Internet.

Pada bagian lain, ia mengatakan, sejumlah besar gedung sekolah hancur akibat banjir.

"Banyak anak belum bisa bersekolah, karena gedung tempat mereka menuntut ilmu rusak parah," tambahnya.

Warga Indonesia dapat menyumbang melalui Bank HSBC cabang Kuningan dengan nomer rekening 050-133925-071 untuk mata uang rupiah, atau 050-133925-120 untuk mata uang dolar Amerika Serikat, atas nama Kedutaan Besar Pakistan.
(KR-IFB/B/M016/B002)

Pewarta: NON
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010