Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Batanghari (Unbari) menghadirkan pementasan panggung teater berjudul "Ayahku Pulang" karya Usmar Ismail di arena Taman Budaya Jambi (TBJ), yang bertujuan membangkitkan semangat generasi muda berteater di Jambi.Sanggar sastra bentukan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PS-PBSI) Unbari ini mementaskan karya Usmar Ismail berjudul "Ayahku Pulang" selama dua hari dengan pergelaran berlangsung empat kali tampilan
"Sanggar sastra bentukan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PS-PBSI) Unbari ini mementaskan karya Usmar Ismail berjudul 'Ayahku Pulang' selama dua hari dengan pergelaran berlangsung empat kali tampilan," kata sutradara pementasan itu, Regi Ananda Winardo, di Jambi Sabtu.
Ia menyatakan para pemeran diharapkan mampu memberikan kesan kepada penonton terhadap kemampuan aktingnya di panggung.
Regi Ananda Winardo menyampaikan, banyak naskah telah dia baca, namun naskah "Ayahku Pulang" yang menjadi pilihan karena ceritanya realistis.
"Semoga pesannya sampai kepada penonton. 'Ayahku Pulang' adalah cerita realis, karena realis diharapkan adik-adik mahasiswa atau siapapun yang baru pertama kali menonton dapat memahami ceritanya," katanya.
Dia juga berharap teater ini dapat terus berjalan dan berjalan ke depannya. "Adik-adik ini memulai semua dari nol, dan benar-benar baru belajar," tambahnya.
Pada pergelaran teater tersebut, kisah diawali saat Lebaran di mana sang suami telah pergi meninggalkan istri, dua anak perempuan dan satu anak lelaki sekitar 20 tahun lamanya.
Ketika malam takbir berkumandang saling bersahut-sahutan, di rumah yang jauh dari kesan mewah hanya terdapat satu mesin jahit, kursi dan meja makan, serta kursi tamu sederhana. Sambil menjahit baju, sang ibu bercerita tentang masa lalu suami kepada putra sulungnya.
Putra sulungnya tampak sangat membenci ayahnya yang tega meninggalkan mereka dan membiarkan sang ibu berjuang sendiri membesarkan mereka. Sang putra tersebut juga harus kehilangan masa bermain demi bekerja membantu perekonomian keluarga. Dia ingin ibunya segera melupakan bayang-bayang masa lalu itu.
Singkat cerita, Ibu dan anak-anak ini berkumpul di rumah, tanpa disangka sang ayah kembali pulang dengan tergopoh-gopoh dalam kerentaan usia. Ayah pulang dengan berpakaian tidak layak sambil membawa gumpalan sarung di bahunya, berkopiah lusuh dengan mengucapkan salam agar kedatangannya diterima kembali oleh keluarga itu. Apakah diterima dengan sambutan hangat?.
Tentu saja putra sulungnya tidak ingin menerima, tidak sudi atas perbuatan dan rasa sakit yang mereka alami sepeninggalan ayahnya entah kemana tanpa kabar yang melupakan tanggung jawabnya selaku suami serta ayah.
Perdebatan, konplik juga pertengkaran pecah, sang ayah terpaksa harus pergi kembali karena kerasnya penolakan dari putra sulung. Deraian air mata dari ibu dan adik perempuannya, tidak membuat dia melunak.
Adik perempuannya tetap tidak menerima penolakan itu, karena ibu mereka telah memaafkan ayah. Lantas pergilah adik perempuan menyusul kepergian ayah, bukan ayah yang didapati tetapi hanyalah pakaian dan kopiah lusuh di bawah sebuah jembatan.
Ratapan tangis pada akhirnya juga menghanyutkan putra sulung dalam penyesalan, sang ayah yang selama ini ditunggu pada akhirnya benar-benar meninggalkan mereka dan tidak akan pernah kembali lagi, demikianlah alur singkat ceritanya teater tersebut.
Kemudian kepiawaian para aktor muda yaitu Diky Andrea, Putri Silvia Anisa, Bilqis Shyanadi, Neni Wulansari dan Muhammad Mun'im, dalam memainkan peran pada cerita tak terlepas dari sentuhan tangan dingin, sutradara yang merupakan salah satu aktor pentolan di teater Air Jambi.
Sementara itu pengamat budaya Jambi, Hendry Nursal yang juga alumni PS-PBSI FKIP Universitas Batanghari mengapresiasi atas pergelaran ini dan mengharapkan ke depan terus secara intensif menghadirkan pergelaran dengan tema-tema lain.
"Mereka sudah berupaya menghadirkan yang terbaik, pergelaran 'Ayahku Pulang' menunjukkan ada potensi besar yang diharapkan terus terlaksana, mereka berhasil tampil mengesankan di hadapan penonton. Semoga tidak hanya sekali ini saja," kata Hendry yang juga salah satu pegiat Teater Tonggak, Jambi.
Kepada para pemeran dan seluruh tim produksi yang terlibat meminta jangan membandingkan namun kuncinya terus belajar dan mengasah kemampuan berakting.
"Saya apresiasi dan bangga atas pergelaran ini karena bicara terbaik tentunya akan banyak yang lebih baik. Untuk Sutradara, pemeran dan seluruh yang terlibat, kalian sudah melakukan yang terbaik, kuncinya kompak dan teruslah belajar, teruslah mengasah kemampuan akting," kata Hendry.
Sedangkan penggerak pergelaran ini Erlina Zahar menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang disampaikan berbagai pihak atas perhatian yang diberikan.
"Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat berharga bagi adik-adik. Mereka semua baru belajar, mereka butuh evaluasi, sehingga kedepan bisa menghadirkan pergelaran lebih baik lagi," katanya.
Baca juga: Arkeolog sebut masyarakat kuno Batanghari sebagai "hydraulic society"
Baca juga: Benteng kearifan lokal di Sumsel adalah dewan adat, sebut gubernur
Baca juga: Mahasiswa Universitas Batanghari diikutkan BPJS Ketenagakerjaan
Baca juga: Batanghari Festival diluncurkan untuk dongkrak wisata Jambi
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021