Dikutip dari Reuters, Minggu, hampir semua yang terkena dampak adalah pelanggan saat ini atau calon pelanggan Audi, salah satu merek mewah pembuat mobil Jerman tersebut.
Baca juga: New Audi A5 Sportback dijual Rp1,2 miliar di Indonesia
Volkswagen Group of America mengatakan pada hari Jumat (11/6) bahwa pihak ketiga yang tidak sah memperoleh informasi pribadi terbatas tentang pelanggan dan pembeli yang tertarik dari vendor yang digunakan merek Audi Volkswagen dan beberapa diler AS dan Kanada untuk penjualan dan pemasaran digital.
Informasi tersebut dikumpulkan untuk penjualan dan pemasaran antara 2014 dan 2019 dan berada dalam file elektronik yang ditinggalkan vendor tanpa jaminan.
Perusahaan mengatakan kepada regulator bahwa sebagian besar pelanggan hanya memiliki nomor telepon dan alamat email yang berpotensi terkena dampak pelanggaran data. Dalam beberapa kasus, data juga mencakup informasi tentang kendaraan yang dibeli, disewa, atau ditanyakan.
VW mengatakan 90 ribu pelanggan Audi dan calon pembeli memiliki data sensitif yang terpengaruh terkait dengan kelayakan pembelian atau sewa. VW mengatakan akan menawarkan layanan perlindungan kredit gratis kepada orang-orang itu.
Data sensitif terdiri dari nomor SIM di lebih dari 95 persen kasus. Sejumlah kecil catatan termasuk data tambahan seperti tanggal lahir, nomor jaminan sosial dan nomor rekening.
Pembuat mobil tidak percaya informasi sensitif terlibat di Kanada.
Lebih dari 3,1 juta orang yang terkena dampak berada di Amerika Serikat.
VW percaya data tersebut diperoleh di beberapa titik antara Agustus 2019 dan Mei tahun ini, ketika pembuat mobil mengidentifikasi sumber insiden tersebut.
Baca juga: Audi bangun pengisian cepat sebelum rilis 20 model mobil listrik
Baca juga: Volkswagen "recall" Audi A3 di AS karena masalah kantong udara
Baca juga: Audi hentikan produksi mobil berbahan bakar pada 2035 demi EV
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021