Serangan siber meluas ke industri otomatisasi

15 Juni 2021 17:04 WIB
Serangan siber meluas ke industri otomatisasi
Ilustrasi - Seorang peretas sedang menggunakan perangkat komputer dan jaringan untuk melakukan serangan siber. ANTARA/Shutterstock/am.
Serangan siber yang menyasar sistem kontrol industri (Industrial Control System/ICS) kembali meningkat di paruh kedua tahun 2020, dengan target penyerangan ke berbagai industri dan yang paling menjadi incaran adalah industri otomatisasi bangunan.

"Serangan siber yang tadinya mengancam penggunaan perangkat smartphone, dan perangkat lain kini beralih dan melebar ke berbagai industri," ungkap Territory Channel Manager Kaspersky di Indonesia, Dony Koesmandarin pada acara Kaspersky: Lanskap Ancaman Siber Sistem Kontrol Industri, Selasa.

Dalam hal ini, para pakar dari Kapersky telah meneliti dan mendapatkan hasil bahwsanya persentase terbesar dalam hal upaya serangan terhadap komputer ICS adalah otomatisasi bangunan sebesar 46,7 persen, meningkat hampir 7 persen dari H1 2020.

Baca juga: Hati-hati, phishing nonton film pemenang Oscar 2021 berisi malware

Baca juga: Tips hindari tag video porno di Facebook


Selain itu industri minyak & gas sebesar 44 persen, meningkat 6,2 persen dari H1 2020, dan integrasi teknik dan ICS sebesar 39,3 persen, meningkat hampir 8 persen.

Menurut Kepala ICS CERT di Kaspersky, Evgeny Goncharov mengatakan bahwa 2020 adalah tahun yang tidak biasa di hampir seluruh aspek, dan ini tampaknya telah menyebabkan beberapa tren yang tidak biasa di seluruh lanskap ancaman ICS.

"Kami biasanya melihat penurunan persentase komputer ICS yang diserang pada bulan-bulan musim panas dan Desember saat orang-orang pergi berlibur. Namun, dengan perbatasan yang diterapkan dan negara-negara melakukan penguncian, kemungkinan banyak yang tidak mengambil liburan mereka, dan kami tidak melihat penurunan yang nyata," kata dia.

Sejatinya, ancaman terhadap industri minyak & gas dan otomatisasi bangunan telah meningkat sejak paruh pertama 2019. Dua industri lainnya yang diperiksa oleh peneliti Kaspersky (manufaktur energi dan otomotif) juga menunjukkan peningkatan persentase jumlah objek berbahaya yang diblokir terhadap komputer ICS tempat

Dalam kasus ini, serangan terhadap organisasi industri selalu membawa potensi yang sangat menghancurkan, baik secara gangguan produksi maupun finansial. Selain itu, karena organisasi industri memiliki sistem informasi yang sangat sensitif, mereka cenderung menjadi target yang menarik bagi penyerang.

Untuk mengatasi ini semua, Kaspersky telah memblokir sebanyak 5.365 keluarga malware di komputer ICS, meningkat 30 persen dari paruh pertama 2020. Ancaman paling menonjol adalah backdoors (Trojan berbahaya yang mengambil alih kendali jarak jauh atas perangkat yang terinfeksi), spyware (program berbahaya yang dirancang untuk mencuri data), jenis Trojan lainnya, serta skrip dan dokumen berbahaya.

"Serangan ransomware menurun secara global, di negara maju, seperti AS dan Eropa Barat, jumlah serangan sebenarnya meningkat secara signifikan—mungkin karena, di tengah penurunan ekonomi yang terjadi, para aktor ancaman mengira tempat-tempat ini memiliki bisnis yang berpotensi untuk membayar terbusan," kata dia.

"Dengan pandemi yang masih berlangsung, penting bagi semua industri untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra; dengan seluruh dunia mengalami perubahan, sulit untuk memprediksi apa yang akan dilakukan para pelaku kejahatan siber," tambah dia.

Dalam hal penyerangan ini, Indonesia menempati posisi ke-7 secara Global dengan urutan pertama berada di negara Algeria, dalam hal objek berbahaya yang diblokir di ICS komputer pada paruh kedua 2020, kasus ini meningkat 1.2 persen dibandingkan paruh pertama 2020 yang berada di angka 48.5 persen.

Sumber utama ancaman terhadap komputer ICS di Indonesia antara lain internet 24,6 persen, malware yang berasal dari removable media 11,1 persen dan file berbahaya dari tautan email 8,6 persen.

Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat ketiga secara global dalam hal upaya ransomware terhadap komputer ICS dengan 1,77 persen upaya serangan diblokir selama paruh kedua tahun lalu.

"Melihat pertumbuhan dan perkembangan industri dan digitalisasi yang luar biasa di Indonesia, ada kebutuhan yang lebih mendesak untuk menjaga infrastruktur penting kita terlindungi dari para penjahat siber ini. Langkah-langkah keamanan siber yang konkret harus dilakukan saat kita merangkul manfaat Industri 4.0," tutup Dony Koesmandarin.

Baca juga: UMKM masih jadi target serangan ransomware

Baca juga: Waspada penipuan phishing berhadiah PS5

Baca juga: Waspada berikan izin ke mikrofon dan kamera ponsel


 

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021