Ketua Prodi Fisioterapi Safrin Arifin dalam keterangannya, Selasa, mengatakan bahwa Prodi Fisioterapi selalu mendukung mahasiswa untuk berani berkompetisi agar terpacu untuk terus meningkatkan kemampuan mereka.
"Selain kompetisi, dalam ajang temu ilmiah seperti ini mahasiswa akan terbuka wawasannya tentang perkembangan dunia fisioterapi," katanya.
Mereka akan berinteraksi dengan para ahli profesi dari seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Hal ini tidak bisa didapat di kelas saja. Saya yakin pengetahuan dan kompetensi mereka baik dan cukup untuk mengikuti ajang seperti ini karena Vokasi UI sudah membekali dengan kurikulum 70 persen praktik dan 30 persen teori.
Baca juga: Wakil Wali Kota Depok dorong mahasiswa mengenal peluang usaha
Baca juga: Hari Purbakala ke-108, akademisi UI harapkan peningkatan kolaborasi
Ketiga mahasiswa angkatan 2019 tersebut adalah Clara Khairunnisa (Juara 1), Inas Amany (Juara 4), dan Sabrina Eka (Juara 5), setelah bersaing dengan 50 peserta dari kalangan mahasiswa (jenjang D3 – S3), akademisi, maupun praktisi fisioterapi, dari seluruh Indonesia.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh IFI setiap tahun dengan mengangkat lima sub-tema untuk perlombaan poster, yaitu pediatri, musculoskeletal, olahraga, kardio respirasi pulmonal, neurologi, dan geriatri. Setelah membuat poster ilmiah tersebut, setiap peserta diwajibkan mempresentasikan poster ilmiah yang telah dibuat.
Clara Khairunissa mengangkat tema mengenai program latihan anak dengan kelainan Cerebral Palsy (CP) dengan menggunakan teknologi Virtual Reality (VR) dalam poster ilmiah yang dibuatnya.
"Saya mengangkat tema ini karena melihat banyak pasien anak yang merasa bosan ketika harus melakukan latihan rutin untuk keseimbangan tubuh mereka, sehingga saya mencari intervensi apa yang membuat mereka tidak bosan. Dari berbagai literatur yang saya pelajari, disebutkan intervensi teknologi VR efektif untuk membantu pasien CP agar tidak jenuh dengan terapinya," ujar Clara.
Ia mengatakan bahwa VR ini dilengkapi Wii Balance Board yang dibuat tidak seimbang dan diharapkan pasien mencoba untuk menyeimbangkan diri secara mandiri. Selain itu, untuk perlengkapan lainnya juga ada layar LCD yang menampilkan permainan dengan memanfaatkan gerakan motorik kasar seperti merunduk, jongkok, atau berjalan di tempat.
Inas Amany mengangkat tema mengenai program latihan yang cocok untuk atlet wanita cabang atletik agar menekan potensi terjadinya sindrom Female Athlete Triad (FAT).
Periodized High Intesity Leg Resistance Training adalah latihan bagi para pelatih atlet maupun fisioterapis olahraga.
"Latihan ini dapat dilakukan berdasarkan periodisasi siklus menstruasi wanita dan dapat disimpulkan bahwa latihan dengan intensitas tinggi yang dilakukan pada periode 2 pekan pertama siklus menstruasi itu memiliki hasil yang positif dan tidak mengganggu hormon, sehingga potensi FAT dapat ditekan. Pesan itu yang ingin saya sampaikan dan dituangkan dalam bentuk poster ilmiah," ujar Inas.
Selanjutnya, Sabrina mengangkat tema tentang keefektifan aquatic therapy bagi orang yang mengalami nyeri pinggang bawah. “Di masa pandemi ini, banyak masyarakat, terutama orang-orang usia produktif, yang sering mengalami nyeri pinggang bagian bawah.
Dari berbagai kajian, saya menemukan bahwa aquatic therapy sangat efektif dalam mencegah dan mengurangi rasa nyeri pinggang bawah. Terapi ini bisa berupa penguatan otot, stretching di dalam air, dan olahraga yang berfokus kepada otot-otot punggung.
"Selain itu, olahraga di air cenderung lebih aman untuk mencegah risiko cedera, terutama untuk orang-orang yang obesitas dan memiliki penyakit sendi," kata Sabrina.*
Baca juga: Epidemiolog: Tingkatkan cakupan vaksinasi antisipasi lonjakan kasus
Baca juga: Kemarin, varian COVID-19 India hingga gangguan prostat
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021