Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Wahyu Sakti Trenggono mendorong petambak di Provinsi Lampung untuk mengembangkan tambak udang secara modern.Semuanya harus transparan jika menginginkan petambak maju dan modern
"Syaratnya menjadi tambak modern yaitu, pertama adanya irigasi/air tambak, ada tandon, ada instalasi pengolahan limbah, kolam budidaya, ada pakan mandiri, ada penyuplai, dan laboratorium," kata Wahyu di Tambak Bumi Dipasena, Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung.
Ia menyebutkan semua itu harus terintegrasi menjadi satu kesatuan jika masyarakat mengembangkan tambak secara modern. Selain itu, lanjutnya, masyarakat atau petambak juga menginginkan transparansi seperti harga, bibit, pakan dan lainnya.
"Semuanya harus transparan jika menginginkan petambak maju dan modern," ujarnya.
Apabila syarat ini dipenuhi, lanjutnya, maka ini akan permanen dan akan terus dilakukan. "Kalau pakan dan bibit dari mana-mana, maka yang akan terjadi adalah pertempuran pasar. Dan kasihan objeknya para petambak," tambahnya.
Dalam kunjungan itu, Menteri Wahyu juga mendengarkan keluhan petambak Dipasena yang menginginkan adanya revitalisasi dan solusi yang komprehensif di pertambakan mereka.
Solusi komprehensif yang dimaksud, menurut Menteri Wahyu Sakti, yaitu adanya komitmen dari masyarakat untuk maju bersama, tidak hanya untuk meminta bantuan.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah Lampung (P3UW Lampung), Suratman mengungkapkan bahwa pihaknya siap bersinergi dan bergandengan tangan bersama jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah. Termasuk pihak terkait lainnya dalam upaya untuk membangkitkan kembali tambak udang Dipasena.
Lebih dari itu, Suratman juga berharap pemerintah dapat mendukung beberapa hal yang menjadi kendala bagi petambak Dipasena. Kendala itu antara lain perbaikan jalan nasional Simpang Penawar- Rawajitu sepanjang 68 km, penambahan alat berat untuk revitalisasi saluran air, dan pengadaan faskes rawat inap.
Untuk diketahui, Tambak Udang Bumi Dipasena memiliki luas sekitar 16.250 Ha, dengan jumlah tambak sebanyak 17.139 petak. Dari luasan tambak tersebut, 6.800 Ha merupakan lahan pertambakan mandiri (sertifikat hak milik), dan 9.450 Ha merupakan lahan perusahaan (hak guna usaha).
Komoditas udang yang disebar di 17.139 petak yaitu udang vaname 99 persen. Dengan jumlah KK petambak 6.500 keluarga, dan produksi 30-70 ton/hari. Adapun kebutuhan harian yang diperlukan yaitu benih udang 3-7 ton/hari, pakan 45-105 ton/hari, obat-obatan 50 ton/hari, dan es 120-280 ton/hari.
Penjualan udang selama setahun mampu mencapai Rp 1,08 triliun. Dengan rata-rata hasil produksi bulanan Juni 2020-Mei 2021 yakni sebanyak 15.895 ton/bulan atau sekitar 44,15 ton/hari.
Beberapa hal yang sudah dilakukan P3UW seperti melakukan penggalangan dan swadaya masyarakat melalui program investasi Rp1.000/kg, melakukan revitalisasi mandiri, melakukan penanaman mangrove, melakukan monitoring udang, perbaikan pola kemitraan bagi hasil melalui koperasi, dan perbaikan jalan darat oleh P3UW.
Dalam kesempatan itu, juga dilakukan dialog channel antara petambak dengan Menteri Kelautan dan Perikanan. Pada dialog tersebut, petambak menyampaikan beberapa kendala yang dihadapi selama ini dan berbagai harapan. Kendala disampaikan, antara lain pendangkalan kanal inlet dan outlet, kerusakan jetty (sedimentasi dan bangunan), kerusakan mangrove greenbelt, rusaknya akses jalan darat, perlu dukungan permodalan.
Baca juga: Ini jurus pemerintah bangkitkan tambak udang di Lampung
Baca juga: Petambak udang harapkan revitalisasi Dipasena segera terealisasi
Baca juga: Menkop Teten harapkan tambak udang Dipasena berjaya kembali
Pewarta: Agus Wira Sukarta dan Emir F Saputra
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021