"Beberapa gerakan yang sudah dilakukan dan menjadi fokus Pemkot Magelang, di antaranya dengan Proklim di RW13 Kampung Meteseh (Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah, red.)," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang O.T. Rustrianto di Magelang, Rabu.
Di kampung itu, katanya, sudah dimulai tahapan-tahapan penataan lingkungan, di antaranya menata puluhan titik biopori (resapan air) hingga penanaman pohon keras dan buah di pinggir Sungai Progo.
Selain itu, penanaman tanaman bunga dan sayuran dengan pot dari bahan daur ulang sampah, yang ditempatkan di teras-teras rumah, jalanan kampung, dan jalan menuju lokasi utama yang potensial dikembangkan menjadi ekowisata.
"Kita didukung banyak elemen, seperti mahasiswa, komunitas, dan tentunya masyarakat setempat yang sangat mendukung kegiatan ini, termasuk mendukung terwujudnya ekowisata yang berlokasi di area pinggir Sungai Progo," katanya dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot Magelang.
Baca juga: Dukung KLHK, Indocement dorong desa mitra masuk Program Kampung Iklim
Baca juga: 150 desa proklim segera kedatangan Tim FPIC
Ia menjelaskan gerakan "Jateng Gayeng Telung Ng" digagas Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. "Telung (Tiga) Ng" meliputi Ngelongi (mengurangi), Nganggo (menggunakan), dan Ngolah (mendaur ulang) sampah. Gerakan itu, salah satu upaya mengatasi masalah sampah di Jawa Tengah yang telah disetujui bersama dalam Kongres Sampah 2019 di Tuntang, Kabupaten Semarang.
Ia mengatakan komitmen Pemkot Magelang terhadap kelestarian lingkungan diakui pemerintah pusat melalui perolehan penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra 2020 pada peringatan Hari Lingkungan Hidup 2021 untuk daerah itu. Penghargaan disampaikan secara virtual pada Selasa (15/6).
Kepala Seksi Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam DLH Kota Magelang Umi Nadhiroh mengatakan Proklim terus menjadi perhatian pemkot setempat untuk segera diwujudkan.
"Meski dengan anggaran terbatas, tapi terus dikerjakan dengan beberapa tahap. Tahun 2020 lalu kita mendapat penghargaan Proklim Utama berupa sertifikat. Tahun ini kita ikutkan lagi dengan kategori Proklim Menuju Lestari tingkat nasional. Maka, gerakan 'Jateng Gayeng Telung Ng' ini kita pusatkan di Proklim,” katanya.
Ia mengharapkan melalui Proklim, pada masa mendatang Kampung Meteseh menjadi desa wisata berwawasan lingkungan.
"Hal ini juga telah direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa, untuk dikembangkan menjadi Wisata Ramah Ekoregion (Wisrame)," katanya.
Baca juga: Desa binaan swasta raih penghargaan program Kampung Iklim
Baca juga: Program kampung iklim untuk ajak masyarakat hadapi perubahan iklim
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021