Dolar melonjak pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mencapai level tertinggi dua bulan terhadap sekeranjang mata uang, sehari setelah pejabat Federal Reserve (Fed) AS mengejutkan pasar dengan memproyeksikan kenaikan suku bunga dan mengakhiri pembelian obligasi darurat lebih cepat dari yang diperkirakan.Menjelang pertemuan Fed, kami merasa ada risiko hasil yang lebih hawkish yang dapat mendorong penguatan dolar AS jika itu terjadi
Pada Rabu (16/6/2021) pejabat Fed memproyeksikan jadwal yang dipercepat untuk kenaikan suku bunga, memulai pembicaraan tentang bagaimana mengakhiri pembelian obligasi darurat, dan mengatakan pandemi COVID-19 tidak lagi menjadi kendala utama pada perdagangan AS.
Mayoritas dari 11 pejabat Fed memperkirakan setidaknya dua seperempat poin kenaikan suku bunga untuk tahun 2023, menambahkan bahwa mereka akan tetap mendukung kebijakan untuk saat ini guna mendorong pemulihan pasar tenaga kerja.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,53 persen pada 91,892, tertinggi sejak pertengahan April. Pada Rabu (16/6/2021) dolar melonjak hampir 1,0 persen, persentase kenaikan harian terbesar sejak Maret 2020.
Baca juga: Harga emas terjungkal 86,6 dolar, dipicu pengumuman bank sentral AS
"Menjelang pertemuan Fed, kami merasa ada risiko hasil yang lebih hawkish yang dapat mendorong penguatan dolar AS jika itu terjadi," kata Associate Portfolio Manager Manulife Asset Management, Chuck Tomes, di Boston.
“Oleh karena itu, kami melakukan perlindungan jika hal itu terjadi,” katanya.
Namun, Tomes mengatakan dia melihat dolar akan melemah dalam jangka panjang.
Proyeksi baru The Fed mendorong beberapa, termasuk Goldman Sachs dan Deutsche Bank, untuk mengabaikan seruan menjual dolar.
Baca juga: Harga minyak anjlok dari tertinggi multitahun, dipicu penguatan dolar
"Kami terus memperkirakan pelemahan dolar AS secara luas, didorong oleh valuasi mata uang yang tinggi dan pemulihan ekonomi global yang meluas," tulis analis di Goldman Sachs dalam sebuah catatan pada Rabu (16/6/2021).
"Namun, ekspektasi Fed yang lebih hawkish dan perdebatan tapering (pengurangan pembelian obligasi) yang sedang berlangsung tampaknya akan menjadi hambatan untuk posisi jual dolar dalam waktu dekat," kata para analis, menutup rekomendasi mereka untuk membeli euro terhadap dolar.
Dolar Australia - dilihat sebagai proksi untuk selera risiko - turun 0,72 persen pada 0,75545 dolar AS, terendah sejak 1 April.
Baca juga: Rupiah ditutup anjlok 117 poin, pasca-proyeksi suku bunga The Fed
Australia juga memiliki data yang optimis, dengan penciptaan lapangan kerja mengalahkan ekspektasi pada Mei dan pengangguran turun ke posisi terendah sebelum pandemi.
Dolar 0,77 persen lebih tinggi terhadap krona Norwegia setelah bank sentral Norwegia mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah seperti yang diperkirakan, tetapi mengatakan kenaikan kemungkinan terjadi pada September dan mempertajam lintasan kenaikan suku bunga berikutnya ketika ekonomi pulih dari efek COVID-19.
Dolar yang lebih kuat mengirim sterling di bawah 1,40 dolar AS ke level terendah baru 5 minggu.
Sementara itu Bitcoin diperdagangkan pada 37.769,48 dolar AS, sedikit berubah pada hari itu.
Baca juga: Dolar melonjak setelah Fed menarik kenaikan suku bunga ke 2023
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021