Ekspor perdana produk tempe Indonesia ke Jepang di tengah pandemi COVID-19 sangat membanggakan
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengaku bangga atas ekspor produk tempe hasil olahan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ke Jepang yang menunjukkan makanan tradisional asli Indonesia ini semakin mendunia.
“Ekspor perdana produk tempe Indonesia ke Jepang di tengah pandemi COVID-19 sangat membanggakan. Ini menunjukkan makanan asli Indonesia semakin mendunia dan membuktikan ekspor Indonesia terus melaju di tengah pandemi. Selain itu, kini Indonesia telah menghasilkan diversifikasi produk yang bisa menjadi pilihan para buyer mancanegara,” jelas Mendag lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.
Eksportir PT Arumia Kharisma Indonesia (PT Arumia) dengan pelaku UKM Rumah Tempe Azaki melakukan ekspor perdana produk tempe sebesar 4,8 ton dengan nilai 13.000 dolar AS ke Jepang. Ekspor perdana dilepas secara virtual oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi.
Mendag M Lutfi mengapresiasi kolaborasi perusahaan dengan para pelaku UKM. Kolaborasi yang dilakukan PT Arumia dengan Rumah Tempe Azaki dinilai menjadi salah satu contoh yang baik untuk bersama-sama maju dan meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia.
Didi Sumedi mengungkapkan ekspor perdana ini merupakan momen penting untuk meningkatkan nilai ekspor produk makanan olahan Indonesia ke seluruh dunia. Hal ini sekaligus diharapkan menjadi motivasi UKM potensial lainnya untuk mengembangkan pasarnya hingga ke mancanegara.
“Ke depan, kita juga harus berusaha lebih giat untuk mengembangkan sektor-sektor baru yang mampu menghasilkan nilai tambah bagi ekspor Indonesia. Melalui acara hari ini, diharapkan ekspor produk makanan olahan akan semakin tumbuh di tahun-tahun mendatang. Kementerian Perdagangan juga akan terus mendukung pelaku usaha untuk memperluas pasar dan meningkatkan nilai ekspornya,” ujar Didi.
Didi menjelaskan, ekspor perdana tempe ke pasar Jepang ini mengadaptasi produk yang diinginkan oleh pasar Jepang.
“Produk tempe dikemas dalam kemasan 450 gram. Eksportir Indonesia sudah menyesuaikan bentuk, ukuran, resep pengolahan, dan kemasan sesuai dengan yang diinginkan oleh pasar Jepang. Produk ini nantinya akan diimpor oleh salah satu chain wholesale supermarket terbesar di Jepang yang memiliki 800 gerai di seluruh Jepang,” ujar Didi.
Didi menambahkan meskipun merupakan negara produsen bahan makanan, Jepang juga banyak melakukan impor bahan pangan.
“Sebesar 60 persen konsumsi pangan Jepang merupakan produk impor sehingga saat tempe didaulat menjadi superfood asli Indonesia, konsumsi tempe pun mulai tumbuh di negara-negara maju termasuk Jepang. Hal yang menarik yaitu tetap terjaganya cita rasa otentik tempe walaupun proses fermentasi tempe dilakukan di Indonesia,” terang Didi.
Didi menilai pasar impor produk pangan Jepang harus terus didorong untuk meningkatkan pangsa pasar produk pangan Indonesia yang baru mencapai 1,3 persen dari keseluruhan pangsa produk pangan impor di Jepang.
“Konsumen Jepang juga suka mencoba berbagai produk makanan baru, khususnya produk makanan yang sehat. Untuk itu, Indonesia harus dapat memanfaatkan peluang yang terbuka lebar ini,” tutur Didi.
Pada 2020, ekspor produk pangan Indonesia ke pasar Jepang sebesar 19,1 juta dolar AS atau tumbuh 16 persen dibandingkan tahun 2019. Pertumbuhan yang pesat itu didorong terus ditingkatkan sejalan dengan tren pasar Jepang yang mulai melirik produk berkualitas di luar Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Baca juga: PT RNI sebut Perinus ekspor gurita ke Jepang senilai Rp1,03 miliar
Baca juga: Aceh ekspor dua ton tuna beku ke Jepang
Baca juga: Produk makanan minuman Indonesia tetap tampil di FOODEX Jepang 2021
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021