"...IOC tidak pernah mewajibkan atlet untuk mengadakan konferensi pers," kata tim hubungan media IOC dikutip dari Kyodo, Sabtu.
Peraih medali Olimpiade biasanya diminta untuk berpartisipasi dalam konferensi pers setelah menyelesaikan pertandingan mereka, namun Komite Olimpiade Jepang, yang memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan media untuk atlet Jepang, mengatakan, "tidak ada hukuman khusus untuk tidak berpartisipasi."
Asosiasi Tenis Jepang mengatakan para pemain tenis Olimpiade negara itu akan mematuhi peraturan Federasi Tenis Internasional yang mengharuskan mereka melewati zona yang dapat diakses media, tetapi tidak mengharuskan mereka menjawab pertanyaan.
Baca juga: Naomi Osaka kantongi tiket ke Olimpiade Tokyo
Baca juga: Naomi Osaka absen di Wimbledon, fokus ke Olimpiade Tokyo
Agensi Osaka, Kamis, mengumumkan bahwa petenis putri berusia 23 tahun peringkat kedua dunia itu telah mengundurkan diri dari Wimbledon tetapi akan mewakili Jepang di Olimpiade Tokyo.
Sebelum French Open, pemegang empat gelar juara Grand Slam itu mengatakan akan melewatkan konferensi pers setelah pertandingan.
Turnamen Grand Slam mewajibkan pemain yang mampu secara fisik untuk menghadiri konferensi pers, dan terancam terkena denda hingga 20.000 dolar AS (sekitar Rp289 juta) jika tidak melakukannya.
Pelanggaran berulang dapat mengakibatkan kemungkinan dikeluarkan dari turnamen atau skorsing dari acara Grand Slam lainnya.
Osaka kemudian mengungkapkan dia telah berjuang melawan depresi, dan mengundurkan diri dari turnamen tersebut. Dia belum bertanding lagi sejak saat itu.
Baca juga: Osaka mundur dari French Open dengan alasan depresi
Baca juga: Naomi Osaka tulis pesan untuk fans setelah mundur dari French Open
Baca juga: Panitia French Open sebut sudah tangani Osaka semaksimal mungkin
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021