Negara Afrika timur itu, seperti kebanyakan negara Afrika lainnya, relatif tidak terdampak parah oleh gelombang pertama.
Namun, Uganda tiba-tiba mulai mengalami lonjakan tajam dalam infeksi COVID-19 pada Mei setelah pihak berwenang mengonfirmasi bahwa mereka telah mendeteksi keberadaan varian virus corona India.
"Negara ini telah mengalami pertumbuhan pandemi COVID-19 yang lebih agresif dan berkelanjutan," kata Museveni dalam pidato yang disiarkan televisi.
Dia mengatakan jumlah harian orang yang dites positif telah melonjak menjadi lebih dari 1.700 kurang dari 100 hanya tiga minggu lalu.
"Kita mengalami tingkat rawat inap dan kematian yang sangat tinggi untuk pasien COVID-19 di antara semua kategori usia."
Dalam langkah-langkah baru untuk mengekang pandemi, ia melarang pergerakan kendaraan umum dan pribadi kecuali yang mengangkut pasien dan yang digunakan oleh pekerja penting --seperti petugas kesehatan.
Jam malam yang dimulai pukul 21.00 dimajukan ke jam 19.00. Sementara, tempat-tempat seperti pusat perbelanjaan yang sibuk, gereja, dan arena olahraga ditutup.
Pembatasan baru, kata Museveni, akan berlangsung selama 42 hari.
Hingga saat ini, Uganda telah mendaftarkan total 68.778 kasus COVID-19 dan 542 kematian.
Selama dua minggu terakhir, media lokal telah secara ekstensif melaporkan bahwa sebagian besar fasilitas kesehatan, baik publik maupun swasta, menjadi penuh dan menolak pasien. Sementara itu, beberapa fasilitas lainnya memiliki pasokan oksigen yang dikenai pajak.
Pembatasan baru dapat merusak pemulihan ekonomi yang rapuh dari pukulan, yang ditimbulkan oleh penguncian tahun lalu.
Pembatasan tersebut berkontribusi pada penyusutan ekonomi 1,1 persen pada 2020. Tetapi, kementerian keuangan telah memproyeksikan --sebelum langkah-langkah baru dikeluarkan pada Jumat-- bahwa pertumbuhan akan naik menjadi 4,3 persen pada tahun fiskal mulai Juli.
Sumber : Reuters
Baca juga: Uganda perintahkan blokir semua media sosial
Baca juga: Turki sumbang sepeda untuk bantu Uganda lawan corona
Presiden minta para pemimpin dunia cermati kesenjangan vaksin
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021