"Teman-teman disabilitas memiliki ruang dan keinginan, bahkan hak untuk berkarya," ujarnya, di sela menghadiri kegiatan metode melukis menggunakan cat beraroma untuk penyandang tunanetra yang digelar mahasiswa Magister Manajemen Universitas Airlangga di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya, Minggu.
Pendidikan khusus, kata dia, saat ini menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pendidikan Jawa Timur, yakni melalui program vokasi istimewa.
"Lalu, hari ini ada ruang dalam konteks artistik, bahwa seni juga merupakan ekspresi dari perasaan dan bakat. Dengan menggunakan aroma, maka karya ini bisa dinikmati kembali oleh adik-adik penyandang tunanetra," ucap Emil Dardak.
Orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap mahasiswa MM Unair terus peduli.
"Saya senang karena ini kolaborasi dengan MM Unair. Artinya, kepedulian dari generasi muda yang menempuh studi di sana tetap peduli. Program semacam ini sangat baik dan harus terus bergulir," kata mantan Bupati Trenggalek tersebut.
Sementara itu, acara peluncuran metode baru yang diikuti puluhan anak penyandang tunanetra tersebut dikemas dalam acara bertajuk public movement bertema "This Is Ability Not Disability".
Acara dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan, serta dihadiri sejumlah tokoh lain, seperti Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Jatim Sudarmadji dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji.
Menurut Humas Tim Penggerak "Public Movement" MM Unair Septa Ika, kegiatan tersebut dikemas menjadi ide konsep bahwa semua orang bisa menggambar atau melukis, tak terkecuali penyandang disabilitas tunanetra.
Untuk itu, lanjut dia, tim dari MM Unair melakukan modifikasi pada cat yang diberi aroma sehingga cat dapat dikenali.
"Misalnya, warna jingga atau oranye diberi aroma jeruk sehingga mereka masih dapat menggunakan indra penciumannya untuk mendeteksi warna," tutur dia.
Selain melukis, digelar juga talk show, kemudian pameran hasil melukis di lokasi sekaligus lelang hasil karya secara luring maupun daring.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021