Suahasil menuturkan pendapatan negara tersebut tumbuh 9,3 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2020 yaitu sebesar Rp664,6 triliun, namun lebih rendah 9 persen dari Mei 2019.
“Pendapatan negara Mei 2021 kita sudah tumbuh 9 persen dibandingkan akhir Mei 2020,” katanya dalam Konferensi Pers APBN KiTA secara daring di Jakarta, Senin.
Suahasil menuturkan pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak Rp459,6 triliun, bea dan cukai Rp99,3 triliun, serta PNBP Rp167,6 triliun.
Secara rinci penerimaan pajak Rp459,6 triliun itu merupakan 37,4 persen dari target APBN sebesar Rp1.229,6 triliun yang meningkat 3,4 persen dibanding realisasi periode sama tahun lalu Rp444,6 triliun.
Kemudian penerimaan bea dan cukai sebesar Rp99,3 triliun merupakan 46,2 persen dari target APBN Rp215 triliun dan mampu tumbuh 21,6 persen dari periode Mei 2020 Rp81,7 triliun.
Penerimaan bea cukai tumbuh didorong pertumbuhan bea masuk melalui perbaikan kinerja impor nasional dan bea keluar seiring peningkatan volume ekspor tembaga dan harga produk kelapa sawit serta cukai.
Secara rinci bea masuk tumbuh 3,56 persen dipengaruhi tren kinerja impor nasional yang meningkat terutama pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar atau eceran.
Untuk cukai tumbuh 11,9 persen didorong pertumbuhan cukai hasil tembakau (CHT) yang dipengaruhi limpahan pelunasan kredit pita cukai dari akhir tahun 2020 dan kebijakan penyesuaian tarif pita cukai.
Untuk bea keluar tumbuh 844,6 persen didorong peningkatan ekspor komoditi tembaga dan tingginya harga produk kelapa sawit.
Selanjutnya, untuk PNBP yang pada Mei 2021 sebesar Rp167,6 triliun atau 56,2 persen dari target Rp298,2 triliun tumbuh 22,4 persen dibanding Mei tahun lalu Rp137 triliun.
Baca juga: Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga Mei capai 1,32 persen
Baca juga: Penerapan SIN Pajak dinilai bantu optimalisasi penerimaan
Baca juga: Sri Mulyani: Belanja negara Mei 2021 tumbuh 12,1 persen
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021