"Peran ayah sama dengan peran ibu, cuma pendekatannya yang sedikit berbeda," ujar Roslina Verauli dalam webinar bertema "Suami Hebat untuk Keluarga Sehat" yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara daring di Jakarta, Senin.
Baca juga: Psikolog: Keluarga berperan jaga kesehatan mental anak selama pandemi
Dari aspek biologis, kata Roslina, perempuan melahirkan dan menyusui, namun dalam pengasuhan itu ada ayah dan ibu. "Sayangnya ada pola tradisional yang membuat ayah tidak terlalu berperan dalam keluarga, sehingga menjadikan ibu lebih dominan," katanya.
Ia mengemukakan terdapat lima isu utama peran ayah dalam keluarga. Pertama, peran ekonomi, pelindung, dan pengasuhan.
Kedua, ayah mendukung tumbuh kembang dalam kegiatan bermain fisik. "Bedanya, ibu lebih memainkan ekspresi dan bahasa," ucapnya.
Ketiga, membangun kelekatan emosional, sama seperti ibu. Keempat, mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan kelima, turut berperan sebagai model peran gender maskulin bagi anak-anaknya.
Menurut Roslina, ketidakhadiran peran ayah kepada anak dapat mempengaruhi nilai akademis yang lebih rendah, pendidikan rendah, cenderung tidak mampu untuk memperoleh dan mempertahankan pekerjaan.
Selain itu, lanjut dia, juga lebih sulit melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja.
Baca juga: Psikolog : Orang tua jangan malu ajarkan pendidikan seksual pada anak
Baca juga: Komunikasi dari hati ke hati penting bagi anak hadapi kebiasaan baru
Pada anak remaja perempuan, lanjutnya, akan cenderung memulai aktivitas seksual lebih dini dan memiliki anak di usia muda atau d iluar pernikahan.
"Pesan saya kepada seluruh keluarga di Indonesia, suami hebat adalah yang mampu menjalankan berbagai peran, baik di dalam rumah maupun di luar rumah sebagai society, menjadikan pasangan sebagai partner dan keluarga sebagai teamwork," ucapnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021