Menteri BUMN Erick Thohir kembali melakukan manuver untuk membantu menekan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia pasca-Lebaran tahun ini...apakah Indonesia bisa lepas dari pandemi atau tidak, semuanya kembali kepada sikap masyarakat Indonesia sendiri dalam menjalankan disiplin protokol kesehatan..
"Kondisi saat ini memang prihatin, karena itu kita kembali bekerja lebih giat lagi. Kami dari Kementerian BUMN sesuai dengan tupoksi kita menjadi support dari banyak kementerian, dan tentu apalagi pada saat kritis seperti ini kita merupakan salah satu tulang punggung yang sangat diharapkan," ujar Erick Thohir.
Seperti diketahui, berdasarkan data perkembangan COVID-19 Pertambahan orang terkonfirmasi positif terpapar pada Senin (21/6) mengalami peningkatan signifikan, yaitu 14.536 kasus baru. Sehari sebelumnya, Ahad (20/6) bertambah 13.737 kasus.
Dengan pertambahan tersebut maka sejak diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020 dengan dua pasien, kini terakumulasi 2.004.445 kasus COVID-19 di Indonesia dengan 1.801.761 orang di antaranya telah pulih. Sebanyak 54.956 orang meninggal dunia akibat virus tersebut. Di sisi lain, sebanyak 147.728 orang sedang menjalani perawatan untuk kesembuhannya. Mereka menjalani perawatan di rumah-rumah sakit maupun tempat isolasi.
Lalu manuver-manuver apa saja yang diambil Erick Thohir dalam membantu menekan lonjakan kasus dan penyebaran pandemi?
Baca juga: Epidemiolog: Penanganan COVID-19 dari hulu-hilir harus proporsional
Obat antiviral
Manuver pertama yang diambil oleh Menteri BUMN Erick Thohir adalah memastikan ketersediaan obat antiviral yang direkomendasikan untuk terapi penanganan COVID-19 oleh dokter.
Erick mengatakan bahwa untuk ketersediaan stok obat Oseltamivir dalam kondisi cukup tersedia, kemudian obat Favipiravir atau dulu yang sempat ngetop dengan nama Avigan juga dalam kondisi stok yang baik.
Sementara untuk obat Remdesivir yang status ketersediaan stoknya dalam kondisi agar terbatas, Menteri BUMN tersebut sudah mulai melakukan pengadaan lagi sehingga akan ada stok baru yang akan tiba dalam waktu dekat.
Tidak hanya memastikan ketersediaan obat untuk terapi penanganan Covid-19, Erick juga menyatakan bahwa keyakinannya akan kemampuan PT Indofarma Tbk dalam memproduksi produk generik dari Ivermectin 12 mg secara massal.
Ivermectin merupakan obat minum anti parasit yang secara in vitro memiliki kemampuan anti-virus yang luas dengan cara menghambat replikasi virus SARS-CoV-2.
Di tengah upaya memerangi pandemi COVID-19 yang masih tinggi melalui program vaksinasi, baik penyuntikan dan mendatangkan ragam jenis vaksin dari berbagai negara, Menteri BUMN memberikan apresiasi terhadap kemampuan PT Indofarma Tbk yang sudah mendapatkan izin edar dari BPOM RI bagi produk generik Ivermectin 12 mg untuk anti parasit dalam kemasan botol isi 20 tablet.
Ivermectin sendiri saat ini dalam tahap penelitian di Balitbangkes dan bekerjasama dengan beberapa Rumah Sakit, termasuk di antaranya Rumah Sakit dibawah Kementerian Pertahanan. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa Ivermectin dapat digunakan dalam management Covid-19 baik sebagai pencegahan (profilaksis) ataupun pengobatan.
Dengan diperolehnya izin edar BPOM RI bernomor GKL2120943310A1, PT Indofarma Tbk siap memproduksi hingga 4 juta tablet Ivermectin 12 mg per bulan.
Baca juga: Agar bijak konsumsi obat di masa pandemi COVID-19
Mobile test PCR
Manuver lainnya yang dilakukan Erick Thohir dalam membantu menekan angka lonjakan kasus adalah dengan meluncurkan mobile test PCR.
Tujuan menghadirkan Mobile Laboratorium tes PCR tersebut dalam rangka meningkatkan 3T (Testing, Tracing, Treatment) sebagai upaya menekan angka penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Menurut Erick, upaya 3T sama pentingnya dengan gerakan disiplin protokol kesehatan 3M, Memakai Masker dengan benar, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan dengan air sabun atau cairan hand sanitizer dalam rangka menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Pada tahap awal pengoperasian Mobile Lab PCR ini akan diimplementasikan di 3 lokasi, yaitu RS Baiturrahim Jambi, RS Sri Pamela Medika Nusantara Medan, dan RS Pelabuhan Jakarta.
Selanjutnya pengoperasian akan dikembangkan di 9 lokasi baru yaitu 1 di Jakarta, 1 di Banten, 2 di wilayah Jawa Timur , 1 di Bali, 1 wilayah Jawa Tengah, 1 di wilayah Kalimantan, 1 di wilayah Papua, 1 di wilayah Sulawesi sehingga total keseluruhan menjadi 12 unit Mobile Lab PCR.
Mobile Lab PCR ini adalah hasil sinergi BUMN Pertamina Grup antara PT Pertamina Bina Medika IHC dengan PT Pratama Mitra Sejati yang merupakan anak perusahaan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia.
Mobile Lab PCR adalah sebuah inovasi pengembangan layanan kesehatan yang bertujuan menghadirkan layanan di lokasi-lokasi yang dibutuhkan seperti perkantoran, pertambangan, perkebunan, dan lain-lain sehingga konsumen atau pasien tidak perlu datang ke rumah sakit. Proses pengadaan Mobile Lab PCR ini sendiri merupakan hasil kolaborasi antara PT Pratama Mitra Sejati dengan PT Nakeda Multi Transpor.
Mobile Lab PCR memiliki kapasitas maksimum sebanyak 400 tes sehari, selain itu dilengkapi juga dengan ruang negative pressure, mesin automatis extraksi RNA, test PCR (Polimerase Chain Reaction) dengan open system, serta dilengkapi oleh BIO Safety Cabinet Level 2. Adanya Mobile Lab PCR ini diharapkan membantu memberikan kontribusi dalam menuntaskan pandemi melalui proses pengolahan sample dan hasil test dengan hasil yang lebih efektif dan efisien.
Melihat lonjakan angka COVID-19 yang terjadi di Indonesia, membuat Menteri BUMN Erick Thohir tidak tinggal diam. Sejumlah manuver diambil guna membantu menekan lonjakan COVID-19 sekaligus mencegah penyebarannya.
Mulai dari memastikan ketersediaan obat antiviral untuk terapi penangan Covid-19 sampai dengan menghadirkan Mobile Lab PCR semata-mata dilakukan Erick Thohir agar penyebaran pandemi bisa segera teratasi.
Kendati demikian Menteri BUMN tersebut tidak henti-hentinya mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan yakni 5M, yaitu rajin Mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, menggunakan masker secara benar, menghindari kerumunan, serta mengurangi mobilitas.
Tanpa adanya kerjasama dari masyarakat dalam menjalankan disiplin protokol kesehatan, maka semua upaya yangh dilakukan oleh pemerintah termasuk dari Menteri BUMN Erick Thohir untuk mencegah pandemi tidak akan ada artinya.
Pada akhirnya apakah Indonesia bisa lepas dari pandemi atau tidak, semuanya kembali kepada sikap masyarakat Indonesia sendiri dalam menjalankan disiplin protokol kesehatan secara benar dan tepat.
Baca juga: Dari vaksin hingga jungkir baliknya paradigma sehat
Baca juga: Pemerintah jamin ketersediaan obat selama pandemi COVID-19
Pewarta: Aji Cakti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021